Skip to main content

Menjadi Seseorang

Ingin menjadi apakah gue sebetulnya? Pertanyaan ini mengganggu gue belakangan ini. Gue pernah sangat menyukai pekerjaan gue ini. Gue sangat enjoy melakukan berbagai penelitian, bergelut dengan ilmu pengetahuan. Dulu gue bercita-cita menjadi peneliti jagoan dengan segala kemampuan untuk berdebat dan berargumentasi. Lalu, semua itu seakan menjadi tidak bermakna lagi saat ini.


Satu hal yang selalu gue ingin lakukan, adalah pekerjaan yang membuat gue merasa berarti buat orang lain. Itulah makanya pilihan menjadi peneliti gue ambil dulu. Lama gue bergelut disini, gue mulai merasakan gue menjadi orang yang narcis. Gue merasa melakukan sesuatu, tapi betulkah gue melakukan sesuatu... Apakah betul motivasi gue seperti itu? Kenapa gue merasa pekerjaan ini hanya seperti bisnis pada umumnya.

Ada masanya gue percaya pada apa yang gue lakukan. Tapi lebih banyak gue merasa tidak sreg. Ada ganjalan di hati gue. Ada amarah besar.

Gue hanya ingin menjadi seseorang... seseorang yang berguna untuk orang lain.

Comments

Gue juga merasakan dilema yang sama. Sayangnya, am stuck here mungkin utk waktu yg lebih lama, sementara sebentar lagi lo akan terbang mengepakkan sayap dan membuka lembaran baru, taelah! Buuuuuut, your thoughts and opinions are most welcome, untuk mengembalikan "idealisme" yg dulu pernah kita punya.
Is that make any different? Bahkan saat gue berada di dalam dan posisi yang strategis (BOD, kurang strategis apa???), toh gue tetap gak bisa berbuat apa-apa. Udah terlalu bias semuanyaa.

Popular posts from this blog

Sketsa Malam

Perempuan itu tersenyum manis menatap kanvas lukisnya. Malam ini dia akan membuatkan lukisan malam terindah untuk laki-laki yang dicintainya. Matanya terpejam saat kuas-kuas nya mulai menggoreskan sketsa malamnya, mulutnya tak henti mengeluarkan kata, seolah ia tengah berbincang dengan seseorang. “Selesai sudah”. Ia tersenyum lebar, ia bayangkan wajah gembira kekasihnya menerima lukisan itu. “Kasih, aku buatkan lukisan malam untuk mu” “Aku tak sabar melihatnya” Perempuan itu mengeluarkan lukisannya, meletakan tepat dihadapan kekasihnya. Sebuah pemandangan malam yang   sempurna.   Sebagian besar didominasi hitam keemasan yang ditimbulkan dari refleksi purnama. Bintang besar kecil berserakan di langit menempati posisi nya masing-masing. Purnama itu, ya purnama itu adalah purnama paling sempurna dari semua yang pernah ada. Lukisan itu pun mengeluarkan suara, ada jengkerik, lolongan anjing, gesekan daun.   Musik alam yang menghadirkan suasana antara ad...

Intersection

Saya tidak mengerti, mengapa kamu harus menyembunyikannya. Tahukah kamu, bahwa dari semua tutur kata dan tatapan matamu, aku tahu kamu menyukai dia. Kamu menceritakan dia berulang-ulang seolah dia adalah sumber inspirasi yang tak kunjung habis. Dia selalu mewarnai hari-harimu. Tak pernah satu haripun terlewat tanpa nama nya kau sebutkan. Yaa, memang terkadang kamu menceritakan tentang istrinya, tentang rekan kerjanya atau tentang kejadian-kejadian tidak penting. Tapi bukan kejadian itu yang ingin kau ceritakan. Kau hanya ingin menceritakan dia. Mungkin jiwamu sedang bergejolak. Ada rasa berdosa menyelinap dalam relung-relung dadamu. Tapi juga ada perasaan indah tak tertahan yang menyemburkan jutaan kegairahan hidup. Lalu tiba-tiba kerinduan menyeruak dalam lautan kegalauan yang sedang kau sebrangi, membuat langkahmu berhenti. Dan berhenti. Di titik ini, kau tidak tahu lagi harus bagaimana. Kenapa cinta ini tak lagi semudah masa SMA.. (Kau tercenung sambil memandangi bayimu yang sedan...

22 Februari 2013

Saya bahkan tak sempat berpikir atau berefleksi tentang ulang tahun saya. Minggu ini pekerjaan terasa begitu menggila. Pikiran saya tersita antara word, excel, keynote, email, proposal, laporan penelitian,   TOR, undangan, hotel kaos peserta, tas peserta, modul, dan tentu saja account bank kantor. Semua menarik-narik saya minta dijadikan prioritas. Saya tenggelam. Tapi saya percaya hidup tak akan membiarkan saya terus tenggelam. Saya jalani saja sambil terus berupaya menghidupkan binar mata, menegakan tubuh yang sudah lunglai dan mengembangkan sisa senyum. Pasti akan berakhir juga. Seorang teman terbaik memberikan sepanjang malam nya menemani saya melewati detik-detik ulang tahun saya. Sekumpulan batu yang lama telah ia kumpulkan   dari berbagai pantai di Indonesia ia berikan sebagai kado. Obrolan panjang kami malam itu, membuat saya lompat dari kubangan yang menenggelamkan. Ia memang selalu hadir, di saat seperti ini. Tanpa saya minta. Pagi hari...