Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2014

Jiwa Merdeka

Adakah usia membawa kita pada hampa? Dengan apa bisa kuhentikan masa? Mengembalikan muda yang bergelimang kriya Niscaya katamu? Tak ada yang niscaya pada jiwa yang merdeka

Bertiga

Aku akan menunggumu di sini Aku dan satu orang lagi Lalu kita akan tertawa tanpa apa yang lucu Lalu kita menangis karena begitu tak mutu Kita disatukan oleh kepedihan dan kegetiran Kita menguat dalam kasing sayang dan persahabatan Kita ber tiga

Tak Mutu

Maap aku tak lagi tertarik padamu Omonganmu sering tak mutu Kata kata kosong yang selekas hilang tanpa pesan Kembalikan dirimu yang dulu Atau kau akan selamanya kehilangan aku

Sedikit Kamu

Aku punya siang yang kesepian Dan kau punya malam yang keriuhan Hey, bukankah menyenangkan jika kita satukan Ini akan menjadi hari yang menggairahkan Tapi tunggu dulu Aku cuma mau sedikit siangmu dan sedikit malammu Seharian akan sangat terasa jemu Meski itu denganmu

Pelan Pelan

Pelan pelan aku akan menghapus kamu Pelan pelan dan tak kelihatan Aku akan berjingkat pelan saat kau lelap dalam tidurmu Lalu berlari kencang, menghilang dalam bayang Pelan pelan Karena pada kita, tak ada lagi yang bisa dipersatukan

Lalu Harus Menyerah Karena Apa?

Pantaskah saya menyerah? Menyerah karena apa? Pagi ini saya masih bisa minum kopi. Membaca beberapa cerita pendek dari pengarang-pengarang yang luar biasa. Lalu saya juga masih bisa berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Ya, memang kadang saya harus memakan waktu lebih lama. Tapi, tidak pernah lebih dari 2 atau 3 jam saja. Tidak seperti ibu di Kulisusu sana yang butuh 12 jam berjalan kaki untuk keluar dari desanya. Tidak sama sekali. Siang ini sayapun masih bisa makan siang dan berbincang seru dengan teman-teman saya. Bukan perbincangan gosip kacangan, tapi perbincangan seru tentang kebodohan masing-masing. Sambil tertawa-tawa menertawakan diri sendiri. Lalu, mau menyerah karena apa? Ya tiap hari saya memang berhadapan dengan orang-orang yang sulit, tak kompeten, manja, sok tau atau keras kepala. Ya, lalu kenapa? Mama-mama di desa sana, berhadapan dengan sistem yang melarang perempuan berbicara, dan mereka bisa. Lalu, saya harus menyerah karena apa