Skip to main content

Posts

Showing posts from 2012

Sahabat

Kamu adalah keranjang sampah saat aku susah Tapi seringkali kulupakan saat wajahku sumringah Terimakasih untuk selalu menerimaku kembali, Yang sudah tercobak cabik dalam roda mimpi Hanya pada pelukmu aku menemukan diri

Pemburu Percakapan

Setiap orang menanyakan apa pekerjaannya, perempuan itu menjawab mantap, “saya seorang pemburu percakapan”. Jawaban yang segera akan berbalas dengan berbagai tatapan yang sudah dikenalnya.   Ah biarlah, mengapa saya tak boleh memilih profesi saya sendiri, bukankah di luar sana juga banyak profesi-profesi aneh, penangkap hantu, penyair, budayawan, kenapa saya tak boleh menjadi “pemburu percapakapan”.   Ia ingin suatu saat nanti di KTP nya tertulis profesinya itu, keren sekali ia bayangkan. Ia memang terobsesi pada percakapan. Sepanjang hidupnya ia telah masuk dalam rimba-rimba percakapan. Percakapan yang pura-pura, percakapan basa-basi, percakapan tak berarti, percakapan kebencian, percakapan kemarahan, percakapan merendahkan.   Hatinya makin mengecil tiap kali mendengar atau terlibat dalam percakapan-percakapan itu. Tubuhnya melemah, energinya hilang, umurnya berkurang.   Sampai pada suatu hari ia merasa sudah hampir mati ketika hadir seorang kawan. Ia tak me

Kalajengking

Semalam saya digigit kalajengking, sakit dan perih rasanya. Binatang itu sangat menakutkan buat saya, kecil tapi berbisa.  Anehnya, saya tidak  ke dokter atau membeli obat, seperti ingin menunggu reaksi apa yang akan terjadi pada tubuh saya. Saya sempat membayangkan saya akan mati esok hari, atau ada bagian tubuh saya yang akan tidak berfungsi. Sampai pagi, tidak terjadi apa-apa pada tubuh saya, semua baik-baik saja.  Saya mulai berpikir untuk menguji tubuh saya pada hal-hal lain yang menakutkan. Ternyata tubuh saya kuat luar bisa, tak ada yang perlu dikhawatirkan.

Sketsa Malam

Perempuan itu tersenyum manis menatap kanvas lukisnya. Malam ini dia akan membuatkan lukisan malam terindah untuk laki-laki yang dicintainya. Matanya terpejam saat kuas-kuas nya mulai menggoreskan sketsa malamnya, mulutnya tak henti mengeluarkan kata, seolah ia tengah berbincang dengan seseorang. “Selesai sudah”. Ia tersenyum lebar, ia bayangkan wajah gembira kekasihnya menerima lukisan itu. “Kasih, aku buatkan lukisan malam untuk mu” “Aku tak sabar melihatnya” Perempuan itu mengeluarkan lukisannya, meletakan tepat dihadapan kekasihnya. Sebuah pemandangan malam yang   sempurna.   Sebagian besar didominasi hitam keemasan yang ditimbulkan dari refleksi purnama. Bintang besar kecil berserakan di langit menempati posisi nya masing-masing. Purnama itu, ya purnama itu adalah purnama paling sempurna dari semua yang pernah ada. Lukisan itu pun mengeluarkan suara, ada jengkerik, lolongan anjing, gesekan daun.   Musik alam yang menghadirkan suasana antara ada dan tiada.

Kepada Kawan

Dan kulihat kawan, pada matamu yang legam Duka yang tak jua sirna terhapus tawamu berderai Kutatap wajahmu lamat dalam tidurmu yang lelap Seraya ingin kupetik dukamu, dan gantungkan di pohon peredu Lalu kudekap kau erat agar kau semakin kuat Aku ingin kau tahu kawan Hatiku merasa kesakitan yang sama, tiap kali hatimu sakit Karena kita terhubung dalam jaring tak bernama Sembuhkanlah segala luka, wahai Yang Maha Kuasa Pulihkan yang terlanjur koyak Seimbangkan yang pernah goyang Tumbuhkan ribuan sayang, pada mereka