Skip to main content

Posts

Showing posts from 2013

Jarak dan Waktu

Jarak dan waktu merubah cuaca. Ada yang kemudian berkarat, ada yang makin berkilat. Jarak dan waktu memberikan media bertemunya partikel partikel yang selama ini tak bersinggungan. Cuma perlu waktu dan sedikit jarak, lalu kita bebas bergerak. Bertemu yang bikin bersemu. Berjumpa yang tak terduga. Lalu kembali kita berterimakasih pada jarak dan waktu.

Selamat Datang Kembali

Tiba-tiba dia hadir lagi di hadapan saya. Tak ada isyarat dan firasat.   Di ujung penat yang berusaha dilipurkan dengan gurauan.   Tubuhnya penuh luka-luka dari kenangan. Pun ia tak minta disembuhkan, luka itu ia biarkan terbuka, tak berusaha juga menutupinya. Setahun lalu kami berpisah tanpa sempat memberikan kecup perpisahan. Keadaan begitu kacau balau dan dia mungkin bingung harus bagaimana. Saya penuh maklum membiarkannya pergi dan sudah merelakan ia tak kembali.   Malam ini dia hadir lagi di hadapan saya, tidak untuk apa-apa kecuali kembali pada posisinya dalam hidup saya.   Waktu kadang memang begitu baik hati   untuk mengembalikan hal-hal yang telah diambilnya. Selamat kembali lagi. 

Mencari Rekan Seperjalanan

Mencari rekan seperjalanan untuk sebuah perjalanan panjang sesungguhnya sangat mirip dengan mencari pasangan hidup. Ini berlaku untuk perjalanan panjang yang durasinya mencapai satu bulanan. Kalau cuma perjalanan 2 hari sampai satu minggu mungkin kita bisa saja berpasangan dengan siapa saja.   Sebagaimana perjalanan panjang untuk memulai perjalanan berumah tangga ada beberapa hal yang perlu disepakati atau disadari dari awal: 1.      Kesepakatan Rute Perjalanan Untuk memulai perjalanan panjang kita punya rencana tempat-tempat mana yang akan kita kunjungi, moda transportasi apa yang perlu digunakan serta berapa waktu yang dibutuhkan. Kita sepakat bahwa untuk mencapai kota Fakfak maka kita perlu transit di Ambon terlebih dahulu, bermalam dan baru pergi keesokan subuh. Pasangan perjalanan tidak bisa memaksakan bahwa harus tiba di Fakfak hari itu apapun yang terjadi. Begitupun dalam kehidupan rumah tangga, ke dua belah pihak harus sepenuhnya sadar untuk terlebih

Kata Yang Hilang

Dua purnama sudah aku mencari kata maaf yang hilang dari kamusku. Dua purnama dan tak juga kutemukan.   Adakah kesadaranku menghapusnya dari sana? Tak adakah yang bisa kulakukan tuk mengembalikannya? Berkali-kali aku mencoba, tapi sepertinya sia-sia. Aku telah kehilangan dia. 

Menunggu Pertanda Semesta

Saya rasa saya hancur dalam dua minggu belakangan ini. Berusaha mencari tahu dari berbagai pertanda. Air, api, udara dan bumi semua bungkam. Saya tak tau lagi mencari di mana. Saya kirimkan ribuan butir air mata saya, untuk berbicara pada semesta. Tetap saja tak ada jawabnya. Saya merasa serba salah, saya bahkan tak berani mengambil langkah. Apapun yang lakukan atau katakan, bisa disalahartikan oleh pihak manapun. Saya hanya bisa membantu sekuat tenaga bagi yang tersisa. Mengharapkan sedikit binar kembali menyala di mata mereka. Berusaha tetap berdiri dengan kaki yang tak lagi bertenaga. Dengan asa yang   makin terkikis, dengan percaya yang sudah tipis. Hanya ikatan persahabatan yang terus menguatkan dan membuat bertahan. Saya tak ingin menyalahkan siapapun kecuali diri saya sendiri. Ya, diri saya sendiri. Semesta, apakah arti ini semua? 

Kekasih Sejati

Ada suatu hari di mana kau hanya ingin mengumpat pada dunia. Ada suatu hari di mana kau tak tahu harus berbagi pada siapa. Ada suatu hari kau merasa sepi, tak ada kawan atau kekasih menemani. Suatu hari di mana semua alasan tak masuk di akal. Suatu hari di mana hanya puisi yg bisa mengerti, menemani sekaligus paling masuk akal. Suatu hari itu hari ini. Dan aku hanya ingin bersama puisi. Puisi menemani sampai kasih tiba di sini. Atau mungkin, kaulah si kekasih sejati. Puisi.

Selalu di sini

Kita berbicara panjang malam ini. Aku bicara dengan air mataku yg tak juga bisa berhenti Kau bicara dengan dekapmu  yg mengobati. Tak ada kata menghakimi, tak ada pertanyaan menyelidiki. Hanya pelukmu yg mengatakan, kau akan selalu di sini.

Bersandar

Sudah lelah, kenapa tak juga sudah. Begitu susah hanya ingin memelukmu di sebuah malam. Melepas beban, melepas gundah. Tak bolehkah kami mendapat kesempatan sewajarnya pasangan lain. Sudah lelah, kenapa tak jua sudah. Aku hanya ingin bersandar, aku lelah berlayar. 

Sungguh Rindu

Baiklah kita tahan dulu rindu ini. Sekuat kita bisa menahan.   Tidak semua hal bisa jalankan sesuai keinginan.   Ternyata   kerja tak mereda, di   waktu kita harusnya berjumpa. Ya sudahlah, bersabar saja. Tangkap pelan rindumu, gantungkan di pintu. Tunggu aku mengambilnya dengan memburu. Aku sungguh rindu kamu, tiap malam aku menangis tersedu. Hanya saja aku tak ingin kau tahu.  *untuk Red*