Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2008

Mengenang Di Restoran

Tadi malam gue menonton pertunjukan musikalisasi puisi-pusi cinta Sapardi. Hahh!! Dada gue masih sesak juga mendengar beberapa pusi itu dibawakan dengan sangat baik dan penuh penghayatan oleh Mbak Reda dan Mas Ari. Mengenang masa menye-menye saat puisi di restoran bergema. Masih inget peraasaan yang mewarnai hati gue dengan kelabu pekat. Masih ingat perasaan putus asa dan sakit yang menyelinap ditidur-tidur malam gue. Ini bunyi pusi di restoran Kita berdua saja Duduk Aku memesan ilalang panjang dan bunga rumput Kau entah memesan apa Aku memesan batu Ditengah sungai terjal yang deras Kau entah memesan apa Tapi kita berdua saja Duduk Aku memesan rasa sakit yang tak putus Dan nyaring lengkingnya Memesan rasa lapar yang asing itu

Surga di Sumba

Waikabubak, 5 Februari 2008 Gue menemukan surga di sini. Di Waikabubak ibukota kabupaten dari Sumba Barat. Disebuah hotel yang berpemandangan menawan. Sawah luas membentang tepat di depan hotel ini, udaranya sejuk dan angin yang berhembus lembut. Kemewahan yang luar biasa buat gue, orang Jakarta yang lebih sering berjibaku dengan asap motor dan asap metromini. Jalan-jalan disini jauh dari kebisingan, jauh dari klakson orang-orang tak sabar yang memburu waktu yang 24 jam sehari tidaklah cukup. Disini gue hidup harmonis dengan waktu. Setiap detiknya menjadi momen yang berharga untuk dinikmati dan disyukuri. Disini, semua berbeda. Gue menulis ditemani secangkir kopi dan beberapa potong pisang goreng dan alunan musik lembut dari burung-burung dan gesekan dedaunan. Ini baru namanya hidup! Dalam hati gue memekik. Tidak ada orang yang memaksa kita harus berbuat apa. Tidak ada yang memaksa kita harus berpikir seperti apa. Kita memegang kuasa penuh atas diri kita dan otak kita. Gue sudah mem