Skip to main content

Posts

Showing posts from 2009

Puisi Pagi

Pagi hadir kembali. Beberapa alunan lagu, secangkir kopi dan sepotong roti. Begitu selalu ritualnya menikmati pagi. Kadang ada suaranya menemani, tapi lebih sering pagi berlalu seperti ini. Lambat dan Lamat. Tak ada hiruk pikuk, tak ada lonceng yang memburu. Syahdu dan sendu. Ini pagi yang sempurna, pekiknya. Pagi memang selalu sempurna di matanya. Tapi setelah siang, semua menjadi menggila.

KKEB

Aku tidak ingin memilih, pun tak pernah berpikir tentang itu. Keberadan kita di sini, tak perlu dibahas.Kau nikmati hidupmu, kunikmati hidupku. Lalu kita nikmati hidup kita. Tak perlu ruang khusus, protokoler atau apapun bentuk ikatan itu. Hadirmu membebaskanku, hadirku mencerahkanmu. Apa yang lebih baik dari itu.

Guru Di Sekitar Kita

35 tahun adalah usia yang panjang untuk hidup. Itulah jumlah usia gue sekarang. Banyak hal yang telah temui dan akan gue temui. Yang bisa membawa gue kedukaan, kesukacitaan, kemarahan dan keputusaan. Namun, satu hal yang selalu ingin gue lakukan dalam setiap momen hidup gue adalah belajar. Bukan berarti sekolah loh. Orang-orang di sekitar gue adalah guru yang paling luar biasa dalam hidup gue. Kepribadian kita pasti sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar kita. Dari Deassy, nggirma dan iva gue belajar arti persahabatan, dari BS gue belajar ketekunan, dari RGA gue belajar memotivasi orang, dari EN gue belajar berpikir bijak, dari AS belajar membagi waktu, dari IN gue belajar menghargai pendapat, dari vokalis erk gue mengetahui banyak hal soal musik, dari adek gue gue belajar ketabahan, dari RR gue belajar kerja keras, dari RRP gue belajar keuletan dan keikhlasan, dari Ole gue belajar soal keceriaan, dari GPD soal mendidik anak. Dan masih banyak lagi. Beberapa pelajaran bahkan kada

Dicari: Inspirasi

"Ya ampun sehari2 cm denger berita bencana, korupsi, kriminal, politik busuk sampe perceraian, ga ada yg lain apa ya?? ga ada yg menghibur sama sekali, what happen to this country? ” (status facebook seorang teman) Gue tercenung sejenak membaca status itu. Membuyarkan konsentrasi menulis laptah DPD yang menguras energi. Hari-hari orang indonesia memang diisi dengan kesuraman, seolah tiada kabar gembira yang telah dicapai bangsa ini. Buat sebagian orang, persoalan2 di atas mungkin menjadi diskusi yang menarik. Jadi ajang adu argumentasi dan wacana. Tapi buat orang-orang seperti teman gue di atas persoalan itu adalah energi negatif yang membayangi setiap langkah. Contoh kecil adalah di rumah gue, kecuali gue, gak ada satupun anggota keluarga gue yang mau menonton acara debat atau dialog di TV. Mereka letih mendengar orang-orang yang menurut mereka “cuma ngomong”. Membaca koranpun hanya dipilih berita-berita yang menyenangkan. Dan gue hampir yakin, ini adalah realitas yang ada di s

Hanya tentang Saya

Gue sangat kagum pada orang yang bisa multitasking, mengerjakan banyak hal sekaligus dan semua berhasil dengan baik. Gue sama sekali tidak demikian, gue hanya bisa mengerjakan satu hal saja dalam satu waktu. Kalau saat gue kerja, tiba-tiba disuruh rapat atau ketemu orang, gue membutuhkan lebih dari satu hari untuk mengembalikan mood. Apa yang sudah ada dalam otak, tiba-tiba “blup” hilang. Kondisi ini kadang sangat membuat gue gundah. Apalagi kalau ada hal yang seharusnya gue bisa membantu, tapi gue selalu tolak karena memang gue sulit sekali untuk berbagi otak. Jangankan dalam bekerja, dalam makanpun gue tidak pernah memilih lebih dari dua buah lauk. Karena gue akan bingung cara makannya dan tidak suka rasa yang bercampur-campur. Saat ini, kondisi gue tak jauh berbeda. Disamping mengerjakan pekerjaan-pekerjaan sisa, gue juga harus mengurus semua hal untuk kepindahan gue ke lombok. Gue tidak lagi punya “passion” untuk mengerjakan hal-hal lain, tentang organisasi misalnya. Banyak hal

Pak Nan dan Emak

Adalah Pak Nan dan Emak, gue memanggilnya demikian. Saudara jauh dari bokap yang tinggal bersebelahan dengan rumah gue. Sejak kecil gue sangat akrab dengan keluarga itu, gue sering tidur di rumahnya, belajar ngaji dengan ponakannya dan membantu mencabuti uban di kepala Pak Nan. Keluarga ini tidak dikaruniai anak, dan memutuskan untuk mengadopsi seorang putri pada tahun 1982. Putri kecilnya kemudian menikah dan dikaruniai 2 putra. Kalau gue pernah melihat seorang anak yang begitu berani dengan kedua orang tuanya, maka putri pak Nan inilah contohnya. Dia berani untuk membentak kedua orang tua itu. Dia asik nongkrong di warung atau menginap di rumah teman sementara dua anaknya yang kecil menjadi tanggungan Pak Nan dan Emak. Yang paling membuat gue ingin menangis adalah, Pak Nan kemaren pingsan di rumahnya. Apa pasal? Ternyata putri tercintanya diam-diam telah menukar semua perhiasan emasnya dengan perhiasan palsu. Uang tabungannya di bank pun telah habis terkuras karena ATM nya dipegan

Kerinduanku

Dalam kesempatan nongkrong-nongkrong bareng anak-anak dua hari lalu, ada sempet terlontar pertanyaan dari gpd kenapa Cak begitu dikagumi. Dari pengalaman gue yang cuma sekelumit saja kerja bareng Cak (saat koalisi konstitusi dan ruu politik) gue sudah bisa dengan mudah jatuh hati dan kagum pada dia. Soal pinter, itu sudah pasti. Analisis dia selalu gak biasa, angle yang tak pernah terpikirkan oleh orang lain. Gue suka melongo-melongo denger dia presentasi di anggota MPR dulu. Tapi orang pinter itu banyak, Cak mempunyai nilai lebih yang jarang dimiliki orang adalah kesederhanaan, keberanian dan kerendahatian. Soal kesederhanaan, sudah bukan rahasia umum kalo Cak kemana-mana naek vespa dengan rumah dan barang-barang yang biasa-biasa aja. Pasti banyak sekali tawaran-tawaran yang menggoda iman, tapi dia bisa menepisnya. Rendah hati, buat orang sekualitas dia gue rasa rada sombong dikit masih bisa dimaafkan. Tapi dia gak pernah menampakan itu sama sekali, dalam diskusi dan rapat-rapat di

Ode Dari KSB

Mengunjungi suami di Lombok, selalu merupakan kesenangan tersendiri buat gue. Bukan hanya soal mau ketemu dia, tapi lebih dari itu biasanya gue selalu mendapatkan pengalaman menarik atau mencoba sesuatu yang baru. Kunjungan kali ini gue tidak berdiam di Mataram, karena suami gue gak dapet libur dari kantornya, gue pun mengintil dia ke Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Sebuah kabupaten baru hasil pemekaran dari kabupaten induknya yaitu Kabupaten Sumbawa. KSB seperti daerah di Sumbawa lainnya sangat gersang dan tandus, sebagian besar mata pencaharian orang-orang di sini adalah beternak, nelayan di laut (atau tambak ikan) dan bertani. Satu alasan penting yang membuat KSB berani menjadi kabupaten sendiri adalah keberadaan Newmont Nusa Tenggara (NNT). NNT seakan menjadi roh dari daerah ini, karena keberadaan NNT penduduk di sini akhirnya mendapatkan penghasilan dari menyewakan rumah kepada pegawai NNT yang bukan berasal dari KSB. Usaha makanan dan kebutuhan sandang pun menjadi lumayan maju di

Biarkan

Gue menangis kemarin. Gue pun masih menangis hari ini. Sakit sekali rasanya, lebih sakit daripada memergoki pacar gue selingkuh. Pun lebih sakit dari kalau gue dipecat dari kantor. Gue sudah lama tidak menangis, terakhir gue ingat saat gue keguguran kemarin. Jadi pasti ada sesuatu yang hebat yang membuat gue seperti ini. Di sini, di organisasi ini, gue merasa tidak boleh ada yang mengganggap dirinya pemberi kerja kepada yang lain. Di sini, kita bekerja sama. Susah senang, malang melintang, jelek bagus, semua kita jalani bersama. Sekarang, semua paradigma yang ada dikepala gue itu hancur lebur. Gue hanya dipandang sebesar apa gue dibayar. Gue marah besar. Cinta gue pada organisasi ini, tidak bisa disamakan dengan itu semua. Tidak dengan apapun. Silahkan ambil semua bayaran yang diberikan ke gue, tapi gue tidak akan pernah berhenti bekerja untuknya. Biarkan gue marah, biarkan gue menangis. Bahkan itu semua tidak sebanding dengan rasa sakit yang gue rasakan.

Penjaga Image

Ada sesuatu yang tidak “lepas” kesan itu pasti kan tertangkap dengan beberapa jenak saja bertemu dengannya. Cara dia berpakaian, cara dia bicara, makan, berjalan, semua seperti ada penata gayanya. Tidakah dia ingin sesekali berteriak lantang atau menari lepas?? Tidakah ingin ia sesekali memeluk dan menjabat tangan seseorang dengan kasih yang tulus? Bukan karena keterpaksaan atau karena kesopanan semata? Gue selalu bertanya dalam hati, beban apa yang ia pikul begitu berat. Tidakah beban itu bisa ia lepaskan kalau ia mau. Ia menjadi pribadi yang mati, kaku dan terkesan sombong. Entah seperti apa dia yang sebenarnya, gue gak pernah tau. Gue selalu melihat dia dari image yang ingin dia bentuk. Dan gue tidak menyukainya, entahlah orang lain. Bukan tanpa alasan gue tidak menyukainya, ia pernah berbicara tanpa sedikitpun menatap, sibuk dengan blackbery nya. Dia tidak menjawab hampir semua email yang gue kirimkan dan beberapa email teman yang gue tahu. Dia tidak pernah mengucapkan terima kasi

DiJungkirBalikan

Maret 2009, bisa jadi masa yang cukup berkesan dalam hidup gue. Di awali dengan berita indah tentang kehamilan gue, testpack yang gue lakukan iseng-iseng ternyata berujung bagus. Gue pun bertekad menjalani kehamilan yang sehat, memberhentikan dua minuman terfavorit gue sekaligus, teh botol dan kopi. Rasanya udah kayak orang sakau (ha..ha..kayak tau aja gue rasanya sakau). Maret juga, di suatu siang sehabis maksi bareng RRP dan GPD, tyata gue mengeluarkan darah merah muda, gue memutuskan pulang dan pergi ke dokter keesokan harinya. Walaupun berbagai upaya sudah gue lakukan, termasuk bedrest , disuntik penguat dan pergi ke dua dokter yang berbeda, namun dokter tetap memutuskan gue harus dikuret. Dalam beberapa hari saja, hidup gue berubah 180 derajad, dari kegembiraan yang memuncak sampai terpuruk dalam kesedihan yang paling dalam. Apapun teori management kalbu atau rasionalisasi atas kondisi gue, gak bisa dipungkiri gue sedih. Terutama beberapa hari sebelum dikuret, saat gue dah punya