Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2013

Sungguh Rindu

Baiklah kita tahan dulu rindu ini. Sekuat kita bisa menahan.   Tidak semua hal bisa jalankan sesuai keinginan.   Ternyata   kerja tak mereda, di   waktu kita harusnya berjumpa. Ya sudahlah, bersabar saja. Tangkap pelan rindumu, gantungkan di pintu. Tunggu aku mengambilnya dengan memburu. Aku sungguh rindu kamu, tiap malam aku menangis tersedu. Hanya saja aku tak ingin kau tahu.  *untuk Red*

Sore Berbincang Asa

Bertahun   lamanya kami tak bertemu, cukup lama hingga kami tak bisa lagi mengingat kapan terakhir. Tubuhnya masih seperti dulu, tinggi tegap dengan rambut cepak macam pemain basket. Tawanya selalu meledak saat kami menyusuri kembali masa-masa jenaka kami dulu.   Matanya yang tak terlalu besar dan nyaris hilang bila tertawa menyelidik dalam ke pada mataku. Entah apa yang ia cari. Panjang ia bercerita tentang getir hidupnya menjadi guru anak-anak autis. Tentang mimpinya mempunyai sekolah gratis untukanak autis ya g tak berpunya. Tentang petualangannya dari satu negara ke negara lain, dari satu orang tua ke orang tua lain dari satu sistem pendidikan ke sistem pendidikan lain. Aku hanya bisa diam memandang penuh kekaguman tentang betapa hebatnya ia. Bertahan dengan segala cita-cita dan keterbatasan. Ia meneruskan ceritanya sambil menghabiskan secangkir kecil espresso dan berbatang rokonya. Aku masih setia menunggunya selesai bercerita. Mungkin aku hanya orang ya

Duka Menunggu Kala

Dia menghitung menit dan detik yang lalu lalang dihadapannya.   Langkah mereka lambat, nyaris terseok seok. Melirik ke dia yang dengan senyum manis menawarkan duka yang hampir mengering terkena matahari. Rasanya sudah seumur hidupnya ia menawarkan sang duka pada kala.   Ia menyimpan sejuta harapan suatu saat sang detik, menit atau jam berhenti dan membelinya. Tapi hari ini , seperti tahun-tahun yang sudah, waktu masih belum ingin mengambil duka. Ia melipat kembali duka dagangannya, melipatnya dan memanggul dipundaknya. Ah, mungkin belum waktunya, ia berkata dalam hati. Duka ini masih ingin menemaninya.   Senyumnya sudah tak semanis dulu lagi. 

Sudah Sampai Di Sini

Sudah sampai di sini kita dengan segala sisa yang masih terlihat di depan mata. Lalu tiba-tiba mereka merasa punya kuasa untuk merampas semuanya. Sudah bukan jamannya, katanya. Lalu kita disudutkan di sana, di ruang pengap yang minta disulap menjadi surga. Perbekalan kita direnggut semua.   Dan kita hanya boleh menatapnya, tanpa bertanya.