Dia menghitung menit dan detik yang lalu lalang
dihadapannya. Langkah mereka lambat,
nyaris terseok seok. Melirik ke dia yang dengan senyum manis menawarkan duka
yang hampir mengering terkena matahari. Rasanya sudah seumur hidupnya ia
menawarkan sang duka pada kala. Ia
menyimpan sejuta harapan suatu saat sang detik, menit atau jam berhenti dan
membelinya. Tapi hari ini , seperti tahun-tahun yang sudah, waktu masih belum
ingin mengambil duka. Ia melipat kembali duka dagangannya, melipatnya dan
memanggul dipundaknya. Ah, mungkin belum waktunya, ia berkata dalam hati. Duka
ini masih ingin menemaninya. Senyumnya
sudah tak semanis dulu lagi.
Adakah usia membawa kita pada hampa? Dengan apa bisa kuhentikan masa? Mengembalikan muda yang bergelimang kriya Niscaya katamu? Tak ada yang niscaya pada jiwa yang merdeka
Comments