Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2012

888

Minggu ini sungguh berat buat kami. Pertemuan kami yang hanya dua bulan sekali inipun tak dapat sepenuhnya kami nikmati. Kami harus siang malam ke rumah sakit menjaga Ibuk.   Kami punya cara sendiri untuk menikmati kebersamaan. Ritual minum teh di teras rumah setiap pagi dan sore sambil berbincang tentang hal-hal lucu. Malam hari, sebelum tidur kami saling membacakan puisi.   Puisi apa saja, bergantian kami baca. Saya beruntung ada dia disamping saya, saat dunia saya sedang jungkir balik dan perasaan saya campur aduk.   Entah karena ada dia saya tenang, atau karena dia yang tenang saya jadi ikut terbawa tenang. Saya rasa kami memang pasangan yang tangguh dalam menghadapi badai.   Beberapa kali kami mengalami masa genting. Tapi selalu bisa kami ubah air mata itu menjadi tawa. Mertua saya pun menyatakan kekagumannya pada kami. Semoga selalu begitu. Semoga kami bisa selalu tumbuh bersama.  888 saat ini sudah empat tahun. Selamat untuk kita. 

Ibuk

Sebuah telpon di pagi hari menggagetkan saya. Kakak saya, sambil terisak meminta saya datang ke ragunan. “Ibu kritis”, hanya itu yang ia ucapkan. Saya dan Ar yang baru saja datang dari Sumbawa bergegas mandi dan meluncur ke Ragunan.   Tiba saya di sana, saya lihat semua saudara saya sudah berkumpul, menangis tersedu di pinggir sofa bed tempat Ibuk biasa tidur.   Saya mungkin termasuk anak yang paling tenang menghadapi situasi itu, saya pijat kaki ibuk, denyut nadinya masih sangat kencang.   Entah firasat dari mana, tapi saya yakin Ibuk   masih akan bersama kami. Kondisi Ibuk memang amat lemah pagi itu. Sebelumnya juga lemah, tapi pagi itu yang terburuk. Setelah enam bulan mogok makan, dua hari belakangan Ibuk diare. Seluruh cairan tubuhnya hilang. Seorang ustad dipanggil, dia minta kami mengikhlaskan ibuk, semua membaca ayat kursi bersama-sama. Saya bergeming, tak satupun ayat yang keluar dari mulut saya. Saya yakin Ibuk   masih akan di sini. Semua anak-anak Ibuk