Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2010

Penggalan Kisah Lalu

Gue merasa tidak pernah terlalu mencintai kota ini. Macet, panas, pengap. Semua orang tergesa, tak ada yang santai menikmati suasana. Wajah-wajah tegang, ketidakpedulian dan kekejaman mengalir deras dalam darah kota ini. Harusnya gue dapat dengan mudah meninggalkannya, tanpa ada haru biru kesedihan. Tapi mengapa tidak demikian adanya. Sudut-sudut kota ini menyimpan banyak penggalan cerita hidup gue seperti halnya gue menyimpan banyak cerita tentang kota ini. Satu-satu persatu gambar-gambar itu muncul dalam kepala gue, seperti kumpulan film pendek. Slide Pertama Sebuah warung kopi, di sebuah mall di bilangan Jakarta selatan. Di sana kami sering bertemu. Kami bisa bercerita tentang apa saja, dari soal politik, hukum, sampai seksualitas. Ribuan pembicaraan, ribuan nasehat dan motivasi hidup yang kami share. Dunia harusnya bangga memiliki kita, persahabatan yang tulus tanpa persaingan, tanpa penghakiman, tulus. Ketulusan memang barang langka di kota ini, hanya dengan mereka gue bisa mer

AMAP

Gue menonton tayangan ini di televisi, saat libur tutup tahun lalu. Sungguh mencerahkan di tengah issue persaingan usaha dan perdagangan bebas. Tersebutlah sekelompok petani di Perancis yang menolah sistem standarisasi yang dibuat oleh pasar. Menurut mereka, sistem standarisasi telah menghilangkan lebih dari 90% keanekaragaman hayati yang ada di dunia ini. Contohnya begini, ada puluhan jenis tomat yang ada di dunia. Tapi kenapa kalau kita belanja di supermarket hanya ada beberapa jenis tomat saja yang tersedia? Jawabnya adalah, karena jenis tomat-tomat lain tidak dapat memenuhi standar pasar dalam hal daya tahan kesegaran. Sehingga, tomat-tomat ini sudah akan busuk pada saat harus di shipping ke berbagai negara. Jadilah kita menikmati jenis tomat yang itu-itu saja dan jenis tomat-tomat lain tersingkir. Para petani ini berpandangan bahwa manusia itu punya selera dan keunikan, begitu juga dalam soal makanan. Mengapa manusia mau diseragamkan dalam konteks selera hanya karena soal sta

Aku Ingin Pulang

Liburan akhir tahun ini memang berbeda. Gue baru menyadarinya, betapa banyak yang gue lewatkan. Gue adalah si pemberontak di keluarga. Tidak satupun acara liburan keluarga yang gue ikuti, tidak pernah satupun. Gue selalu punya acara sendiri bersama teman-teman gue, ke Padang, Yogya, Malang, Bandung, dan hampir seluruh daerah di Indonesia. Semua dengan teman gue. Indah sekali rasanya dunia bersama mereka. Gak perlu jadual khusus, gak perlu hotel bagus, asal udah barengan rasanya semua bisa dihadapi. Kali ini gue memilih bersama seluruh keluarga besar gue, dengan ponakan-ponakan, ibu, suami, adik, kakak dan ipar. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Mereka bahagia, anak pemberontak ini sekarang sudah pulang. Sudah mau main ombak dan pasir dengan ponakannya, sudah bercengkrama sampai jauh malam dengan iparnya yang tidak terlalu dekat. Banyak yang ternyata menjadi berbeda kalau kita melewati waktu bersama. Mungkin juga ini fase hidup, saat tidak lagi berpikir melulu tentang gue. Kare