Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2008

Tentang Gue

Langkah Kecil Kami

" Jadi elo nikah ama orang Sumbawa Ni" "Trus, kerjaan elo gimana, sayang lagi" " Yakin lu betah, elo khan anak kota banget" Ada suara-suara itu bergema dalam keseharian gue, dalam alam sadar gue, juga dalam alam bawah sadar gue. Gue tidak menganggapnya sebagai sebuah hambatan, tapi justru membantu gue untuk secara jernih memikirkan semuanya. Gue memang bertekad untuk pindah ke Mataram awal tahun depan, sebagai gue, sebagai istri. Soal bagaimana gue akan hidup, tidak pernah gue cemaskan. Gue memang tidak pernah mencemaskan masa depan, tidak pernah mencemaskan soal karier. Saat gue hidup dengan nilai-nilai yang gue percayai, itulah letak kebahagiaan gue. Satu hal yang selalu gue percaya, gue orang yang beruntung. Pekerjaan selalu datang sendiri ke gue, bahkan sering gue tolak karena gue merasa ada yang lebih berhak. Rejeki juga sering datang ke gue dengan cara yang tidak pernah gue duga. Gue sudah mengkontrak rumah di Pagutan Permai, tepatnya di Jalan Danau

Tau Samawa

Setelah berhasil bernegosiasi dengan orang tua gue untuk tidak menggunakan adat-adat dalam pernikahan, ternyata gue tidak bisa terlepas sama sekali dengan hal itu. Di Sumbawa, ada serangkaian prosesi adat yang harus gue jalankan sebelum resepsi pernikahan. Gue bukan tidak menghormati adat, justru gue sangat percaya bahwa rangkaian adat-adat itu pasti punya nilai kebijkannya sendiri. Tapi sungguh gue tidak punya banyak waktu untuk mengikuti semuanya. Dalam perkawinan Sumbawa, calon pengantin harus mengikuti upacara luluran selama satu minggu berturut-turut dengan lulur yang berbeda-beda. Bagian ini berhasil gue skip. Selanjutnya gue harus ikut acara Barodak dan Mancar, tiga hari sebelum berlangsungnya resepsi. Pada bagian ini gue dan suami duduk berdampingan, kepala kami diberi kerudung kain Sumbawa. Selanjutnya ada pengajian dan pembacaan shalawat Nabi. Usai itu, ada tetabuhan yang dibawakan oleh ibu-ibu dengan kidung-kidung khas tau samawa (orang sumbawa). Di sebelah gue telah siap be

Si Nista

Saat masih sekolah dasar dulu, ada pelajaran kesenian di sekolah dimana semua anak mendapatkan giliran untuk menyanyi di depan kelas. Terkadang kita diminta untuk menyanyikan sebuah lagu wajib, kadang juga lagu apapun terserah kita. Lucu kalau gue ingat masa itu, kadang cekikikan sendiri terkenang tingkah polah teman-teman. Ada teman yang hanya bisa menyanyikan lagu garuda pancasila. Apapun tema lagu yang diminta guru, dia keukeuh nyanyi garuda pancasila. Ada juga yang entah kenapa mencintai lagu "kemaren paman datang". Mungkin itu pengalaman pribadinya, atau hanya itu lagu yang di bisa..he..he.. Gue punya lagu favorit gue sendiri, yang sampai saat ini masih sering gue nyanyikan. Dengan pemaknaan dan penjiwaan yang terus bertambah. Gue gak tau judul lagu nya, tapi gue sangat suka lirik lagu nya Serumpun padi tumbuh disawah Hijau menguning daunnya Tumbuh di sawah penuh berlumpur Dipangkuan ibu pertiwi Serumpun jiwa suci Hidupnya nista abadi Serumpun padi mengandung janji Harap