Skip to main content

Posts

Showing posts from 2011

Tangis

Saya  ini perempuan yang cengeng. Saya cepat sekali menangis. Saat terlalu senang saya menangis, saat jatuh cinta saya menangis, saat terharus saya menangis, apalagi saat sedih. Yang saya ingat, saya pernah menangis dua  hari berturut-turut saat SMA dulu. Entah dari mana datangnya air mata saya, rasanya banyak betul persediannya. Pengen rasanya menyumbangkan ke bang IRH yang matanya sakit karena kurang air mata. Menangis mungkin media saya mengeluarkan emosi yang paling ampuh. Habis itu biasanya saya sangat lega dan bisa menghadapi dunia. Kadang saya merasa kasihan dengan pasangan saya, pasti dia bingung harus berbuat apa saat saya menangis tanpa henti. Walaupun sebenernya saat seperti itu saya memang tidak butuh apa-apa kecuali pelukan hangat dan kecupan manis dari dia. Namun adakalanya saat  saya mengalami perasaan kesal tiada tara, tapi entah kenapa tidak bisa menangis. Beberapa kali ini terjadi, dan cukup membuat saya bingung.   Saya coba teliti dan hayati apa sebenarnya yang sed

Tidak Penting Cinta

Saya tidak pernah mencari tahu arti cinta Itu tidak penting buat saya Saya cukup merasakannya Dari rasa rindu yang tak tertahan ingin berjumpa Dan perasaan gembira tak terkira saat bersama Saya tidak pernah mencari tahu arti cinta Itu tidak penting buat saya Saya cukup merasakannya Saat semua menjadi baik-baik saja bila berdua Saat semua ide mengalir gegap gempita menghiasi dunia Saya tidak pernah mencari tahu arti cinta Itu tidak penting buat saya Saya cukup merasakannya Dari keinginan untuk tumbuh bersama Dan menorehkan makna pada semesta Saya tidak pernah mencari tahu arti cinta Itu tidak penting buat saya Saya cukup merasakannya Saat keberadanku mencerahkan dirimu dan keberadaanmu mencerahkan diriku Dan saat keberadaan "kita" mencerahkan dunia Itulah arti cinta

Begitu Aturanku

Bagiku, kau hanya untuk diriku Yah tentu saja itu di luar istri atau pacar sah mu Saat aku tidak lagi menjadi satu-satunya Kau tak lagi berharga di mataku Tapi ingat, itu tidak berlalu untuk diriku Aku ingin bebas bersama dengan dia, dia, atau dia Jangan protes, itu memang aturanku Kalau kau tak suka, kau bisa pergi sesukamu Karena di duniaku, kau hanya boleh untukku Begitu aturanku

Titik Dua Kurung Tutup

Pagi tadi, kau hampiri aku. Dalam rintik hujan di bawah pohon randu Kau selipkan secarik kertas, ada gambar titik dua kurung tutup di situ Aku ingin kau selalu seperti itu, katamu Sampai saat ini, aku tak pernah tahu arti gambar itu Cukup bagiku mengenangnya, dengan senyum yg terlukis di wajahmu Pagi itu Di bawah pohon randu

Mungkin Jawabannya Akan Tetap Tidak

Mungkin jawabannya akan tetap tidak. Betapapun semua orang berusaha meyakinkan saya. Saya tak hendak egois atau alasan apapun yang sifatnya pribadi. Tapi saya tau , akan kemana saya terseret begitu masuk ke sana. Saya tidak akan punya kehidupan di luar lagi, saya merasa di domestifikasi. Itu bukan minat saya. Itu putusan saya, apapun nanti konsekuensinya

Mari Saling Melupakan

Mari saling melupakan Dengan menuliskan yang tak terlupakan dalam buku usang yang ingin dilupakan Sambil berharap tidak dapat mengingat kembali dimana buku usang itu diletakan Mari saling melupakan Dengan menghapus ingatan tentang kita Hingga kita menjadi asing dengan kita Mari saling melupakan Karena kita tidak akan pernah menjadi kita

Kerak Telor

Ada beberapa hal yang kita lakukan hanya untuk sebuah kenangan. Seperti kegiatan mengingat-ngingat lagu-lagu rock masa lalu yang saya lakukan bersama I, CM dan EN. Agak kurang jelas manfaatnya, sampai rela-rela mencari-cari di youtube sebuah lagu hits yang dibawakan grup musik wayang misalnya. Tapi kita bahagia sekali melakukannya. Bagi saya, membeli (dan tentu saja makan di tempat yang sama) kerak telor di arena PRJ adalah salah satunya. Saya kurang suka kerak telor. Menurut saya baunya agak amis dan rasanya datar-datar saja. Walaupun begitu, setiap saya ke pekan raya jakarta saya tidak pernah satu kalipun absent untuk membeli kerak telor. Itu seperti sudah jadi bagian dari ritual pergi ke PRJ. Peribahasa katanya nih, kurang sedep rasanye ke PRJ kagak beli kerak telor. Sabtu lalu saya ke PRJ, setelah kaki hampir copot rasanya berputar-putar saya memutuskan pulang. Sebelum pulang, tentu saja saya sempatkan mampir ke abang kerak telor. Saya potong sedikit dengan sendok dan mema