Gue sangat kagum pada orang yang bisa multitasking, mengerjakan banyak hal sekaligus dan semua berhasil dengan baik. Gue sama sekali tidak demikian, gue hanya bisa mengerjakan satu hal saja dalam satu waktu. Kalau saat gue kerja, tiba-tiba disuruh rapat atau ketemu orang, gue membutuhkan lebih dari satu hari untuk mengembalikan mood. Apa yang sudah ada dalam otak, tiba-tiba “blup” hilang. Kondisi ini kadang sangat membuat gue gundah. Apalagi kalau ada hal yang seharusnya gue bisa membantu, tapi gue selalu tolak karena memang gue sulit sekali untuk berbagi otak. Jangankan dalam bekerja, dalam makanpun gue tidak pernah memilih lebih dari dua buah lauk. Karena gue akan bingung cara makannya dan tidak suka rasa yang bercampur-campur.
Saat ini, kondisi gue tak jauh berbeda. Disamping mengerjakan pekerjaan-pekerjaan sisa, gue juga harus mengurus semua hal untuk kepindahan gue ke lombok. Gue tidak lagi punya “passion” untuk mengerjakan hal-hal lain, tentang organisasi misalnya. Banyak hal yang harusnya masih bisa gue sumbangkan, tapi gue tiada sanggup. Hanya kalau ada momentum atau pertemuan yang memungkinkan gue untuk sumbang saran, baru gue lakukan. Tapi gue tidak bisa menyisihkan waktu khusus untuk memikirkan itu. Kadang gue merasa bersalah, tapi daripada kerjaan gue yang lain juga tidak selesai maka gue memilih konsentrasi saja di pekerjaan.
Gue juga kagum dengan orang yang bisa mengingat dengan baik sebuah buku yang dia baca. Gue sangat tidak bisa melakukannya. Berbeda dengan peristiwa yang gue alami langsung, sampai helaan nafas tiap orangpun akan gue ingat. Mana gue inget tentang teori ini dan itu, semua akan hilang seketika beberapa saat setelah gue baca. Begitu juga dengan film, gue sudah menonton Lord of The Ring lebih dari 5 kali, tapi tiap kali gue menonton gue selalu lupa lagi jalan ceritanya..he..he. Dasar dodol.
Gue rasa ini terkait juga dengan cara belajar gue. Gue belajar dengan mengalami. Gue akan mudah mengerti kalau gue melakukannya. Itulah mengapa gue tidak suka dengan diskusi-diskusi, semua tidak ada yang masuk dalam otak gue. Dan itu tidak bisa dipaksa. Sekuat apapun otak gue berusaha menerima, dia terus menolaknya. Jadi, biasanya dalam diskusi gue hanya diam, berusaha menangkap dan mengendapkan dalam waktu yang lama. Baru setelah gue bertemu peristiwanya, gue menjadi paham dan bisa berpendapat tentang topik itu.
Jadi temans, tolong jangan tersinggung atau marah kalau gue sering tidak datang diskusi atau menolak untuk rapat ditengah gue bekerja. Gue hanya tidak sepandai temans dalam membagi otak, dan tidak punya metode belajar yang sama dengan temans. Percayalah gue masih terus berusaha untuk memecahkannya.
Saat ini, kondisi gue tak jauh berbeda. Disamping mengerjakan pekerjaan-pekerjaan sisa, gue juga harus mengurus semua hal untuk kepindahan gue ke lombok. Gue tidak lagi punya “passion” untuk mengerjakan hal-hal lain, tentang organisasi misalnya. Banyak hal yang harusnya masih bisa gue sumbangkan, tapi gue tiada sanggup. Hanya kalau ada momentum atau pertemuan yang memungkinkan gue untuk sumbang saran, baru gue lakukan. Tapi gue tidak bisa menyisihkan waktu khusus untuk memikirkan itu. Kadang gue merasa bersalah, tapi daripada kerjaan gue yang lain juga tidak selesai maka gue memilih konsentrasi saja di pekerjaan.
Gue juga kagum dengan orang yang bisa mengingat dengan baik sebuah buku yang dia baca. Gue sangat tidak bisa melakukannya. Berbeda dengan peristiwa yang gue alami langsung, sampai helaan nafas tiap orangpun akan gue ingat. Mana gue inget tentang teori ini dan itu, semua akan hilang seketika beberapa saat setelah gue baca. Begitu juga dengan film, gue sudah menonton Lord of The Ring lebih dari 5 kali, tapi tiap kali gue menonton gue selalu lupa lagi jalan ceritanya..he..he. Dasar dodol.
Gue rasa ini terkait juga dengan cara belajar gue. Gue belajar dengan mengalami. Gue akan mudah mengerti kalau gue melakukannya. Itulah mengapa gue tidak suka dengan diskusi-diskusi, semua tidak ada yang masuk dalam otak gue. Dan itu tidak bisa dipaksa. Sekuat apapun otak gue berusaha menerima, dia terus menolaknya. Jadi, biasanya dalam diskusi gue hanya diam, berusaha menangkap dan mengendapkan dalam waktu yang lama. Baru setelah gue bertemu peristiwanya, gue menjadi paham dan bisa berpendapat tentang topik itu.
Jadi temans, tolong jangan tersinggung atau marah kalau gue sering tidak datang diskusi atau menolak untuk rapat ditengah gue bekerja. Gue hanya tidak sepandai temans dalam membagi otak, dan tidak punya metode belajar yang sama dengan temans. Percayalah gue masih terus berusaha untuk memecahkannya.
Comments
Gutlak dengan kepindahan lo yah! Mudah2an menyenangkan dan memberdayakan ;-)
-bs-