Tiba-tiba dia hadir lagi di hadapan saya. Tak ada isyarat
dan firasat. Di ujung penat yang
berusaha dilipurkan dengan gurauan.
Tubuhnya penuh luka-luka dari kenangan. Pun ia tak minta disembuhkan,
luka itu ia biarkan terbuka, tak berusaha juga menutupinya. Setahun lalu kami
berpisah tanpa sempat memberikan kecup perpisahan. Keadaan begitu kacau balau
dan dia mungkin bingung harus bagaimana. Saya penuh maklum membiarkannya pergi
dan sudah merelakan ia tak kembali. Malam
ini dia hadir lagi di hadapan saya, tidak untuk apa-apa kecuali kembali pada
posisinya dalam hidup saya. Waktu kadang
memang begitu baik hati untuk
mengembalikan hal-hal yang telah diambilnya. Selamat kembali lagi.
Perempuan itu tersenyum manis menatap kanvas lukisnya. Malam ini dia akan membuatkan lukisan malam terindah untuk laki-laki yang dicintainya. Matanya terpejam saat kuas-kuas nya mulai menggoreskan sketsa malamnya, mulutnya tak henti mengeluarkan kata, seolah ia tengah berbincang dengan seseorang. “Selesai sudah”. Ia tersenyum lebar, ia bayangkan wajah gembira kekasihnya menerima lukisan itu. “Kasih, aku buatkan lukisan malam untuk mu” “Aku tak sabar melihatnya” Perempuan itu mengeluarkan lukisannya, meletakan tepat dihadapan kekasihnya. Sebuah pemandangan malam yang sempurna. Sebagian besar didominasi hitam keemasan yang ditimbulkan dari refleksi purnama. Bintang besar kecil berserakan di langit menempati posisi nya masing-masing. Purnama itu, ya purnama itu adalah purnama paling sempurna dari semua yang pernah ada. Lukisan itu pun mengeluarkan suara, ada jengkerik, lolongan anjing, gesekan daun. Musik alam yang menghadirkan suasana antara ad...
Comments