Ini bukan perpisahan, sayang. Aku ingin kau berpikir seperti ini, kau dan aku tidak akan bertemu lagi, tak bertegur sapa lagi, mengasingkan diri satu sama lain. Kau lupa aku, aku lupa kau. Kita lupa pada kita. Lalu pada suatu pagi kita bertemu lagi, jatuh cinta pada pandangan pertama, saling menyayangi, tak terpisahkan. Sampai pada masa kita putuskan untuk berpisah lagi. Bukankah itu menyenangkan, sayang. Jadi, mari kita berpisah saja.
Saya bahkan tak sempat berpikir atau berefleksi tentang ulang tahun saya. Minggu ini pekerjaan terasa begitu menggila. Pikiran saya tersita antara word, excel, keynote, email, proposal, laporan penelitian, TOR, undangan, hotel kaos peserta, tas peserta, modul, dan tentu saja account bank kantor. Semua menarik-narik saya minta dijadikan prioritas. Saya tenggelam. Tapi saya percaya hidup tak akan membiarkan saya terus tenggelam. Saya jalani saja sambil terus berupaya menghidupkan binar mata, menegakan tubuh yang sudah lunglai dan mengembangkan sisa senyum. Pasti akan berakhir juga. Seorang teman terbaik memberikan sepanjang malam nya menemani saya melewati detik-detik ulang tahun saya. Sekumpulan batu yang lama telah ia kumpulkan dari berbagai pantai di Indonesia ia berikan sebagai kado. Obrolan panjang kami malam itu, membuat saya lompat dari kubangan yang menenggelamkan. Ia memang selalu hadir, di saat seperti ini. Tanpa saya minta. Pagi hari...
Comments