Skip to main content

Note To My Self : Jaga Jarak Aman


Ini sebenernya gak terlalu penting sih, tapi saya ingin tuliskan siapa tau pada suatu hari saya berubah. Satu hal yang saya pelajari dari hidup terkadang saya mengalamai trauma dalam berelasi dengan orang, entah itu pertemanan, percintaan atau dalam hal pekerjaan.  Untuk melindungi diri saya, biasanya saya menggunakan tips menjauh dari orang yang membuat saya trauma itu. Saya jaga jarak aman. Sebisa mungkin tidak berada dalam satu ruangan dalam waktu yang cukup lama dengan orang itu. Apalagi harus ngobrol berdua saja, wah mendingan saya pura-pura pingsan deh.  Tidak berarti saya bersikap jahat pada orang ini. Saya baik dan bergaul dengan dia, seperlunya saja. Kalau bisa dihindari. Susahnya, kalau orangnya kadang hadir di lingkaran kita, ya gimana menghindarinya. Jadi harus kreatif cari alasan untuk kabur atau tak hadir acara-acara yang sebetulnya ingin dihadiri. Tak apalah, yang penting tidak melihat mukanya. Belum pernah sampe pura-pura pingsan sih, itu jurus pamungkas saya..hahaha

Sebetulnya kondisi trauma ini agak jarang saya hadapi, hanya pada orang yang saya anggap tak termaafkan. Dan ini prosentasenya bisa 1: 500 orang, karena pada dasarnya saya orang yang pemaaf dan senang bertemu dan bercakap dengan banyak orang. Jadi kalau sampai saya trauma, itu biasanya sudah membekas luar biasa di hati saya sampai saya masih bergidik kalau mengingatnya. Coba kita lihat beberapa tahun ke depan. Bagaimana saya akan mengatasi trauma-trauma saya tersebut. Penasaran juga sih:p

Comments

Popular posts from this blog

Sketsa Malam

Perempuan itu tersenyum manis menatap kanvas lukisnya. Malam ini dia akan membuatkan lukisan malam terindah untuk laki-laki yang dicintainya. Matanya terpejam saat kuas-kuas nya mulai menggoreskan sketsa malamnya, mulutnya tak henti mengeluarkan kata, seolah ia tengah berbincang dengan seseorang. “Selesai sudah”. Ia tersenyum lebar, ia bayangkan wajah gembira kekasihnya menerima lukisan itu. “Kasih, aku buatkan lukisan malam untuk mu” “Aku tak sabar melihatnya” Perempuan itu mengeluarkan lukisannya, meletakan tepat dihadapan kekasihnya. Sebuah pemandangan malam yang   sempurna.   Sebagian besar didominasi hitam keemasan yang ditimbulkan dari refleksi purnama. Bintang besar kecil berserakan di langit menempati posisi nya masing-masing. Purnama itu, ya purnama itu adalah purnama paling sempurna dari semua yang pernah ada. Lukisan itu pun mengeluarkan suara, ada jengkerik, lolongan anjing, gesekan daun.   Musik alam yang menghadirkan suasana antara ad...

Intersection

Saya tidak mengerti, mengapa kamu harus menyembunyikannya. Tahukah kamu, bahwa dari semua tutur kata dan tatapan matamu, aku tahu kamu menyukai dia. Kamu menceritakan dia berulang-ulang seolah dia adalah sumber inspirasi yang tak kunjung habis. Dia selalu mewarnai hari-harimu. Tak pernah satu haripun terlewat tanpa nama nya kau sebutkan. Yaa, memang terkadang kamu menceritakan tentang istrinya, tentang rekan kerjanya atau tentang kejadian-kejadian tidak penting. Tapi bukan kejadian itu yang ingin kau ceritakan. Kau hanya ingin menceritakan dia. Mungkin jiwamu sedang bergejolak. Ada rasa berdosa menyelinap dalam relung-relung dadamu. Tapi juga ada perasaan indah tak tertahan yang menyemburkan jutaan kegairahan hidup. Lalu tiba-tiba kerinduan menyeruak dalam lautan kegalauan yang sedang kau sebrangi, membuat langkahmu berhenti. Dan berhenti. Di titik ini, kau tidak tahu lagi harus bagaimana. Kenapa cinta ini tak lagi semudah masa SMA.. (Kau tercenung sambil memandangi bayimu yang sedan...

22 Februari 2013

Saya bahkan tak sempat berpikir atau berefleksi tentang ulang tahun saya. Minggu ini pekerjaan terasa begitu menggila. Pikiran saya tersita antara word, excel, keynote, email, proposal, laporan penelitian,   TOR, undangan, hotel kaos peserta, tas peserta, modul, dan tentu saja account bank kantor. Semua menarik-narik saya minta dijadikan prioritas. Saya tenggelam. Tapi saya percaya hidup tak akan membiarkan saya terus tenggelam. Saya jalani saja sambil terus berupaya menghidupkan binar mata, menegakan tubuh yang sudah lunglai dan mengembangkan sisa senyum. Pasti akan berakhir juga. Seorang teman terbaik memberikan sepanjang malam nya menemani saya melewati detik-detik ulang tahun saya. Sekumpulan batu yang lama telah ia kumpulkan   dari berbagai pantai di Indonesia ia berikan sebagai kado. Obrolan panjang kami malam itu, membuat saya lompat dari kubangan yang menenggelamkan. Ia memang selalu hadir, di saat seperti ini. Tanpa saya minta. Pagi hari...