Saya berjanji dalam hati saya, jika pada suatu hari nanti saya menjadi orang tua saya dapat melepas anak saya yang telah besar dengan hati lega. Memberi mereka kebebasan untuk menentukan hidup mereka. Mungkin itu tidak mudah, paling tidak dari yang saya lihat disekitar. Begitu terikatnya mereka dengan anak mereka dan merasa perlu mengontrol segala aspek dari kehidupannya. Bahkan setelah anak itu sudah jauh beranjak dewasa dan ingin memiliki hidupnya sendiri. Apa yang dialami oleh adik saya sekarang adalah contoh nyata yang bisa ambil pelajarannya. Nyokap sangat tidak rela adik saya keluar dari rumah dan punya kehidupan sendiri, karena terlalu dia pikirkan nyokap jadi gak mau makan sama sekali. Kondisi tubuhnya pun lemah, setelah empat kali bolak-balik rumah sakit, akhirnya dokter menyarankan untuk opname.
Entah mengapa nyokap begitu berat melepaskan adik saya. Tidak semudah ia melepaskan saya untuk pergi ke manapun. Sebenernya sayapun sejak lama berstrategi membiasakan orang tua saya untuk melepas saya, dengan kost dekat kantor misalnya. Tapi adik saya, sejak lahir sampai besar tidak pernah keluar dari rumah. Padahal adik sayapun perginya tidak jauh juga, dia hanya ikut pindah dengan saya ke daerah Pondok Cabe.
Saya kasihan dengan adik saya, karena dia banyak tidak bisa membantah apa yang dikatakan orang tua saya walaupun dalam hatinya dia tidak merasa senang. Tidak seperti saya yang demonstratif menyatakan tidak suka bila saya terlalu dikekang oleh mereka. Sekarang dia menjadi dilema luar biasa, di satu sisi sudah hampir tidak bisa bertahan dengan orang tua saya, namun di sisi lain kondisi nyokap yang sakit membuat dia tidak tega untuk pergi. Untuk itulah saya berjanji, kalau saya berkesempatan menjadi orang tua, saya tidak ingin menyulitkan anak saya. Biar mereka bisa bebas menentukan hidup mereka.
Comments