Saya tahu saya tidak pernah punya hak untuk merasa terluka. Posisi saya seolah membuat saya pasti salah, dan dengan demikian perasaan saya tidak penting dipertimbangkan. Saya berusaha menyampaikan pesan itu, bahwa saya tidak sanggup ada dia di sekitar saya, makanya saya rela untuk tidak hadir dalam banyak acara. Atau menghilang tiba-tiba, mencari tempat yang paling aman. Tapi kenapa harus saya yang menyingkir dari dunia yang harusnya milik saya.
Saya masih menggigil kalau mengingat beberapa tahun lalu, saat itu berat badan saya menyusut drastis dan saat air mata tak henti bertandang di pelupuk mata. Bahkan sampai saat ini teror itu masih memasuki mimpi saya, yang membuat saya terbangun dengan terkaget-kaget. Luka itu tak pernah hilang, tidak dengan perubahan sikapnya yang seolah tak pernah ada apa apa. Saat itu saya merasa perasaan saya tak dihargai, dan bodohnya saya ulangi kembali. Saya sedikit berharap orang yang katanya peduli pada saya bisa menangkap perasaan terteror yang saya rasa. Tapi itu sudah saya coret dari harapan saya, saya tidak boleh mengandalkan siapapun kecuali diri saya sendiri. Saya yakin sampai kapanpun, sayalah yang akan diminta mengerti. Well, minggu ini saya belajar lagi, dengan cara menyakitkan. Tapi saya yakin ini membuat saya menjadi manusia yang lebih baik nantinya.
Comments