Perempuan itu mengenali perasaan-perasaan itu. Perasaan yang sudah ia timbun dengan gumpalan kasih sayang. Kenapa tiba-tiba mereka mencuat merobek otot segar kenangan manisnya. Dia mengenali rasa terhina itu, saat laki-laki itu menggagalkan janjinya untuk satu acara yang bahkan tak pernah ada. Atau rasa miris saat laki-laki itu lebih memilih pergi dengan perempuan lain, meninggalkannya di kamar hotel sendirian. Begitu juga rasa nelangsa, saat laki-laki itu membelikannya sebuah buku yang tak pernah ingin dibacanya. Perempuan itu tahu buku itu adalah buku favorit dari kekasih laki-laki itu. Perasaan-perasaan itu bersamanya lagi kini. Menunggu abadi.
Banyak hal yang harusnya bisa saya tulis dalam beberapa minggu terakhir ini. Saya berpindah ke lebih dari empat kota dalam sebulan ini, dari Lombok saya ke Bau-bau, lalu berdiam sejenal di Makasar, Jakarta, Bali lalu ke Jakarta kembali. Lelah sudah pasti, kangen suami, apalagi. Dari perjalanan ke berbagai kota itu saya bertemu banyak orang (sebagian besar adalah mereka yang tergabung dalam sebuah organisasi masyarakat sipil) dan mendaapatkan banyak sekali pengetahuan baru tentang dunia OMS ini. Bukan barang baru memang karena saya sudah terlibat di dalamnya selama kurang lebih sepuluh tahun, namun posisi saya di dalam kegiatan itu yang membuatnya berbeda. Saya harus melakukan pemeriksaan terhadap empat organisasi di sultra terkait beberapa aspek, visi dan kepemimpinan, kesolid an tim, budaya organisasi dan knowledge management. Secara umum organisasi ini punya dua problem utama yaitu soal visi dan kepemimpinan yang lemah dan kedua soal knowledge management yang kacau. Lemahnya lea
Comments