Saya mudah jatuh cinta pada penulis fiksi dan puisi, semudah
saya jatuh cinta pada karya-karya mereka. Daya imaginasi mereka sepertinya
adalah pemikat nomor satu, melebihi daya pikat apapun yang ada di dunia
ini. Menerka-nerka bagaimana proses
kreatif dan siapa orang dibalik tokoh-tokoh rekaan mereka adalah misteri paling
ingin saya pecahkan di dunia. Oleh karenanya saya menjadi begitu terobsesi
untuk berkenalan dengan mereka. Bertemu
mereka di sebuah ruang bisa bikin saya deg-deg an tidak jelas seperti orang
yang ketemu gebetan. Salah tingkah dan berusaha mencari cara untuk berkenalan
tapi cukup malu untuk melakukan. Mungkin
sebetulnya saya sedang terobsesi dan jatuh cinta dengan mimpi saya sendiri. Mimpi
yang belum berani saya jalani.
Perempuan itu tersenyum manis menatap kanvas lukisnya. Malam ini dia akan membuatkan lukisan malam terindah untuk laki-laki yang dicintainya. Matanya terpejam saat kuas-kuas nya mulai menggoreskan sketsa malamnya, mulutnya tak henti mengeluarkan kata, seolah ia tengah berbincang dengan seseorang. “Selesai sudah”. Ia tersenyum lebar, ia bayangkan wajah gembira kekasihnya menerima lukisan itu. “Kasih, aku buatkan lukisan malam untuk mu” “Aku tak sabar melihatnya” Perempuan itu mengeluarkan lukisannya, meletakan tepat dihadapan kekasihnya. Sebuah pemandangan malam yang sempurna. Sebagian besar didominasi hitam keemasan yang ditimbulkan dari refleksi purnama. Bintang besar kecil berserakan di langit menempati posisi nya masing-masing. Purnama itu, ya purnama itu adalah purnama paling sempurna dari semua yang pernah ada. Lukisan itu pun mengeluarkan suara, ada jengkerik, lolongan anjing, gesekan daun. Musik alam yang menghadirkan suasana antara ad...
Comments