Saya mudah jatuh cinta pada penulis fiksi dan puisi, semudah
saya jatuh cinta pada karya-karya mereka. Daya imaginasi mereka sepertinya
adalah pemikat nomor satu, melebihi daya pikat apapun yang ada di dunia
ini. Menerka-nerka bagaimana proses
kreatif dan siapa orang dibalik tokoh-tokoh rekaan mereka adalah misteri paling
ingin saya pecahkan di dunia. Oleh karenanya saya menjadi begitu terobsesi
untuk berkenalan dengan mereka. Bertemu
mereka di sebuah ruang bisa bikin saya deg-deg an tidak jelas seperti orang
yang ketemu gebetan. Salah tingkah dan berusaha mencari cara untuk berkenalan
tapi cukup malu untuk melakukan. Mungkin
sebetulnya saya sedang terobsesi dan jatuh cinta dengan mimpi saya sendiri. Mimpi
yang belum berani saya jalani.
Saya bahkan tak sempat berpikir atau berefleksi tentang ulang tahun saya. Minggu ini pekerjaan terasa begitu menggila. Pikiran saya tersita antara word, excel, keynote, email, proposal, laporan penelitian, TOR, undangan, hotel kaos peserta, tas peserta, modul, dan tentu saja account bank kantor. Semua menarik-narik saya minta dijadikan prioritas. Saya tenggelam. Tapi saya percaya hidup tak akan membiarkan saya terus tenggelam. Saya jalani saja sambil terus berupaya menghidupkan binar mata, menegakan tubuh yang sudah lunglai dan mengembangkan sisa senyum. Pasti akan berakhir juga. Seorang teman terbaik memberikan sepanjang malam nya menemani saya melewati detik-detik ulang tahun saya. Sekumpulan batu yang lama telah ia kumpulkan dari berbagai pantai di Indonesia ia berikan sebagai kado. Obrolan panjang kami malam itu, membuat saya lompat dari kubangan yang menenggelamkan. Ia memang selalu hadir, di saat seperti ini. Tanpa saya minta. Pagi hari...
Comments