Perempuan yang sedang menggebet laki-laki memang sering
melakukan tingkah yang aneh. Mungkin begitu juga sebaliknya, tapi laki-laki sering berhasil menutupinya demi menjaga image. Saya mengalami beberapa peristiwa di mana
seorang perempuan sengaja menjatuhkan perempuan lain di depan laki-laki yang
sedang ia gebet. Walaupun sebetulnya perempuan lain itu sama sekali bukan
saingannya. Saya misalnya, dari sisi manapun saya bukanlah saingan seorang
perempuan muda yang sedang mencari kekasih. Saya sudah tidak muda lagi, ya usia
saya hampir mencapai 40, saya sudah bersuami, dan saya tidak pernah tertarik
mencari kekasih. Jadi rasanya tidak perlu jika harus mengeluarkan segala hal
tentang saya hanya untuk memastikan bahwa saya bukanlah target sang
lelaki. Saya menjadi lebih jengkel dalam
situasi saya kurang akrab dengan laki-laki itu, untuk apa segala hal tentang
pribadi saya dijembreng di depan mata. Ah entahlah, mungkin saya dirasakan
mengancam. Saya pastikan, saya bukan ancaman.
Banyak hal yang harusnya bisa saya tulis dalam beberapa minggu terakhir ini. Saya berpindah ke lebih dari empat kota dalam sebulan ini, dari Lombok saya ke Bau-bau, lalu berdiam sejenal di Makasar, Jakarta, Bali lalu ke Jakarta kembali. Lelah sudah pasti, kangen suami, apalagi. Dari perjalanan ke berbagai kota itu saya bertemu banyak orang (sebagian besar adalah mereka yang tergabung dalam sebuah organisasi masyarakat sipil) dan mendaapatkan banyak sekali pengetahuan baru tentang dunia OMS ini. Bukan barang baru memang karena saya sudah terlibat di dalamnya selama kurang lebih sepuluh tahun, namun posisi saya di dalam kegiatan itu yang membuatnya berbeda. Saya harus melakukan pemeriksaan terhadap empat organisasi di sultra terkait beberapa aspek, visi dan kepemimpinan, kesolid an tim, budaya organisasi dan knowledge management. Secara umum organisasi ini punya dua problem utama yaitu soal visi dan kepemimpinan yang lemah dan kedua soal knowledge management yang kacau. Lemahnya lea
Comments