Skip to main content

See u when I see u


Saya memang tergila-gila padamu dan kamu tahu itu. Satu sapaan manis melalui selular pun sudah membuat saya melonjak-lonjak.  Kita memang sangat jarang bertemu, sibuk berselancar dengan kehidupan.  Dan berharap mungkin suatu saat bertemu di perempatan.  Seperti pertemuan-pertemuan kita sebelumnya. 

Kamu adalah orang dimana saya tidak bisa mengucapkan kata lain selain cinta. Tidak ada benci, tidak ada marah, tidak ada cemburu. Hanya cinta. Kalau ada yang disebut takluk, maka begitulah saya padamu.  Kadang kehilangan kesadaran atas apa yang harus saya lakukan.  Beku pikiran dalam  tubuh dan ruang yang bergerak.  Kadang saya harus cubit tangan saya bahwa ini memang nyata. 

Kita tidak pernah menciptakan kesempatan. Saya dan kamu percaya akan bertemu entah di persimpangan yang mana. See u when I see u. 

Comments

Popular posts from this blog

Jiwa Merdeka

Adakah usia membawa kita pada hampa? Dengan apa bisa kuhentikan masa? Mengembalikan muda yang bergelimang kriya Niscaya katamu? Tak ada yang niscaya pada jiwa yang merdeka

Malam Di Empang Tiga

Jam 18.30 malam saat irma telp gue dari ponselnya. Gue masih asik bergoogling di ruang meeting kecil, udah sepi tinggal gue dan si gundul pacul. Tenyata band cowoknya irma yang namanya mirip-mirip fenomena alam itu malam ini maen di w.al.h.i, di empang tiga. Kok di empang tiga yaa?? Perasaan gue di daerah mampang lokasi organisasi itu. Tapi mungkin aja gue salah, secara dah lama gak gaul ama orang-orang dunia per NGO an ini. Si irma mengajak gue melihat cowoknya maen, yang sebenernya temen kantor gue juga. Gue waktu itu semangat-semangat aja, ya apa salahnya siapa tau ada yang menarik. Gue janjian ama irma ketemuan deket republika, sebagai titik temu paling strategis. Gue meluncur naek busway dari halimun, masih penuh banget. Sampe sana ternyata dah mulai, acaranya digelar di halaman organisasi itu. Gue coba mengamati orang-orang yang ada, kok gak ada yang gue kenal. Yaaa at least gue khan kenal ama ED nya yang baru kepilih itu, yang dulu pernah gue temui waktu dia masih di Banjarmasin

Sahabat

Kamu adalah keranjang sampah saat aku susah Tapi seringkali kulupakan saat wajahku sumringah Terimakasih untuk selalu menerimaku kembali, Yang sudah tercobak cabik dalam roda mimpi Hanya pada pelukmu aku menemukan diri