Skip to main content

Beri Saja Waktuku


Mungkin semakin lama saya semakin egois. Saya marah pada diri saya sendiri karena rencana saya begitu kacau balau karena adik saya sakit. Saya memang tidak bisa mengharapkan orang lain selain diri saya sendiri untuk mengurus dia. Siapa lagi?  Rencana kepergian ke Sulsel menjadi batal dan saya tetap tidak bisa hadir menemani suami saya di acara kantornya. Tadinya saya korbankan acara itu karena Sulsel. Ya, itupun dengan alasan yang sama, siapa lagi kalau bukan saya?  Untung saja orang Sulsel mau mengundurkan jadual sehingga pa Gir dan FNS bisa pergi. Dengan jadual yang berubah saya tidak mungkin pergi ke Sulsel, karena perlu ada SP yayasan. Saya lelah sekali harus membagi diri saya dengan keluarga di ragunan, suami saya di Sumbawa dan pekerjaan. 

Walhasil liburan ini, saya betul-betul tidak mau diganggu dengan urusan apapun. Saya ingin diri saya sendiri, tanpa harus ada tanggung jawab apapun, menikmati waktu saya kemanapun dengan siapapun. Apa mau di kata, lama hidup sendiri, membuat saya terbiasa bebas menentukan jadual saya sendiri. Tidak perlu menentukan pulang jam berapa, bangun jam berapa atau bahkan tidak pulang sekalipun, tidak ada yang menanyakan saya. Jadi, terikat  dan bertanggung jawab terhadap sesuatu kadang sangat mengerikan buat saya. Tidak selalu. Tapi sering.

Saya memang marah pada diri saya sendiri, karena tidak bisa melepaskan diri dari semuanya.   

Comments

Popular posts from this blog

Jiwa Merdeka

Adakah usia membawa kita pada hampa? Dengan apa bisa kuhentikan masa? Mengembalikan muda yang bergelimang kriya Niscaya katamu? Tak ada yang niscaya pada jiwa yang merdeka

Malam Di Empang Tiga

Jam 18.30 malam saat irma telp gue dari ponselnya. Gue masih asik bergoogling di ruang meeting kecil, udah sepi tinggal gue dan si gundul pacul. Tenyata band cowoknya irma yang namanya mirip-mirip fenomena alam itu malam ini maen di w.al.h.i, di empang tiga. Kok di empang tiga yaa?? Perasaan gue di daerah mampang lokasi organisasi itu. Tapi mungkin aja gue salah, secara dah lama gak gaul ama orang-orang dunia per NGO an ini. Si irma mengajak gue melihat cowoknya maen, yang sebenernya temen kantor gue juga. Gue waktu itu semangat-semangat aja, ya apa salahnya siapa tau ada yang menarik. Gue janjian ama irma ketemuan deket republika, sebagai titik temu paling strategis. Gue meluncur naek busway dari halimun, masih penuh banget. Sampe sana ternyata dah mulai, acaranya digelar di halaman organisasi itu. Gue coba mengamati orang-orang yang ada, kok gak ada yang gue kenal. Yaaa at least gue khan kenal ama ED nya yang baru kepilih itu, yang dulu pernah gue temui waktu dia masih di Banjarmasin

Sahabat

Kamu adalah keranjang sampah saat aku susah Tapi seringkali kulupakan saat wajahku sumringah Terimakasih untuk selalu menerimaku kembali, Yang sudah tercobak cabik dalam roda mimpi Hanya pada pelukmu aku menemukan diri