Mungkin semakin lama saya semakin egois. Saya marah pada
diri saya sendiri karena rencana saya begitu kacau balau karena adik saya
sakit. Saya memang tidak bisa mengharapkan orang lain selain diri saya sendiri
untuk mengurus dia. Siapa lagi? Rencana
kepergian ke Sulsel menjadi batal dan saya tetap tidak bisa hadir menemani
suami saya di acara kantornya. Tadinya saya korbankan acara itu karena Sulsel.
Ya, itupun dengan alasan yang sama, siapa lagi kalau bukan saya? Untung saja orang Sulsel mau mengundurkan
jadual sehingga pa Gir dan FNS bisa pergi. Dengan jadual yang berubah saya
tidak mungkin pergi ke Sulsel, karena perlu ada SP yayasan. Saya lelah sekali
harus membagi diri saya dengan keluarga di ragunan, suami saya di Sumbawa dan
pekerjaan.
Walhasil liburan ini, saya betul-betul tidak mau diganggu
dengan urusan apapun. Saya ingin diri saya sendiri, tanpa harus ada tanggung
jawab apapun, menikmati waktu saya kemanapun dengan siapapun. Apa mau di kata,
lama hidup sendiri, membuat saya terbiasa bebas menentukan jadual saya sendiri.
Tidak perlu menentukan pulang jam berapa, bangun jam berapa atau bahkan tidak
pulang sekalipun, tidak ada yang menanyakan saya. Jadi, terikat dan bertanggung jawab terhadap sesuatu kadang sangat
mengerikan buat saya. Tidak selalu. Tapi sering.
Saya memang marah pada diri saya sendiri, karena tidak bisa
melepaskan diri dari semuanya.
Comments