Skip to main content

Perempuan Tegar


Aku akan selalu baik baik saja
Setidaknya aku ingin seperti itu
Tiap kali kau melihat diriku

Aku ini perempuan tegar sayang
Rasa sakit sudah menjadi kawan akrabku
Aku menelannya dan membiarkan ia turun ke dadaku
Mengiris dengan pisaunya yang paling tajam tanpa ampun
Tapi tak ada yg perlu tahu
Tidak juga dirimu

Aku selalu sibuk dgn perasaan orang lain
Tidak boleh ada yg merasakan sakit, kecuali aku
Aku sanggup menanggungnya
Tapi mereka,  belum tentu

Walau kadang, tanpa kusadari air mata kesakitan mengalir deras
Menyeruakan beban yang terlalu berat ku tanggung
Hey, tapi ini aku..
Aku tak akan pernah mengakuinya

Kau tau kenapa?
Karena aku perempuan tegar sayang

Comments

Popular posts from this blog

Jiwa Merdeka

Adakah usia membawa kita pada hampa? Dengan apa bisa kuhentikan masa? Mengembalikan muda yang bergelimang kriya Niscaya katamu? Tak ada yang niscaya pada jiwa yang merdeka

Malam Di Empang Tiga

Jam 18.30 malam saat irma telp gue dari ponselnya. Gue masih asik bergoogling di ruang meeting kecil, udah sepi tinggal gue dan si gundul pacul. Tenyata band cowoknya irma yang namanya mirip-mirip fenomena alam itu malam ini maen di w.al.h.i, di empang tiga. Kok di empang tiga yaa?? Perasaan gue di daerah mampang lokasi organisasi itu. Tapi mungkin aja gue salah, secara dah lama gak gaul ama orang-orang dunia per NGO an ini. Si irma mengajak gue melihat cowoknya maen, yang sebenernya temen kantor gue juga. Gue waktu itu semangat-semangat aja, ya apa salahnya siapa tau ada yang menarik. Gue janjian ama irma ketemuan deket republika, sebagai titik temu paling strategis. Gue meluncur naek busway dari halimun, masih penuh banget. Sampe sana ternyata dah mulai, acaranya digelar di halaman organisasi itu. Gue coba mengamati orang-orang yang ada, kok gak ada yang gue kenal. Yaaa at least gue khan kenal ama ED nya yang baru kepilih itu, yang dulu pernah gue temui waktu dia masih di Banjarmasin

Sahabat

Kamu adalah keranjang sampah saat aku susah Tapi seringkali kulupakan saat wajahku sumringah Terimakasih untuk selalu menerimaku kembali, Yang sudah tercobak cabik dalam roda mimpi Hanya pada pelukmu aku menemukan diri