Berkorban? Saya tidak suka kata itu. Sok heroic sekali. Semua orang pasti berkoban di sini. Ada yang mengorbankan waktu dengan keluarga karena rapat2 yang sampai malam, ada yg mengorbankan hasrat untuk belajar tapi terbentur dengan kerjaan manajerial yang menyita waktu, ada yg mengorbankan waktu tidurnya karena deadline tiada henti. Semua berkorban. Jadi saya lebih senang menyebutnya memberi kontribusi Walaupun pilihan ini sungguh sungguh membuat saya terpusing-pusing dan terbengong-bengong, tapi saya ingin belajar dari sini. Ini bukan saatnya merasa menjadi korban, tapi saatnya menantang diri sendiri. Bisakah saya menunaikannya dengan luar bisa dan suka cita, itu tantangan saya.
Perempuan itu tersenyum manis menatap kanvas lukisnya. Malam ini dia akan membuatkan lukisan malam terindah untuk laki-laki yang dicintainya. Matanya terpejam saat kuas-kuas nya mulai menggoreskan sketsa malamnya, mulutnya tak henti mengeluarkan kata, seolah ia tengah berbincang dengan seseorang. “Selesai sudah”. Ia tersenyum lebar, ia bayangkan wajah gembira kekasihnya menerima lukisan itu. “Kasih, aku buatkan lukisan malam untuk mu” “Aku tak sabar melihatnya” Perempuan itu mengeluarkan lukisannya, meletakan tepat dihadapan kekasihnya. Sebuah pemandangan malam yang sempurna. Sebagian besar didominasi hitam keemasan yang ditimbulkan dari refleksi purnama. Bintang besar kecil berserakan di langit menempati posisi nya masing-masing. Purnama itu, ya purnama itu adalah purnama paling sempurna dari semua yang pernah ada. Lukisan itu pun mengeluarkan suara, ada jengkerik, lolongan anjing, gesekan daun. Musik alam yang menghadirkan suasana antara ad...
Comments