Skip to main content

Berkorban


Berkorban? Saya tidak suka kata itu. Sok heroic sekali.  Semua orang pasti berkoban di sini. Ada yang mengorbankan  waktu dengan keluarga karena rapat2 yang sampai malam, ada yg mengorbankan hasrat untuk belajar tapi terbentur dengan kerjaan manajerial yang menyita waktu, ada  yg mengorbankan waktu tidurnya karena deadline tiada henti. Semua berkorban. Jadi saya lebih senang menyebutnya memberi kontribusi Walaupun pilihan ini sungguh sungguh membuat saya terpusing-pusing dan terbengong-bengong, tapi saya ingin belajar dari sini.  Ini bukan saatnya merasa menjadi korban, tapi saatnya menantang diri sendiri. Bisakah saya menunaikannya  dengan luar bisa dan suka cita, itu tantangan saya. 

Comments

Popular posts from this blog

Jiwa Merdeka

Adakah usia membawa kita pada hampa? Dengan apa bisa kuhentikan masa? Mengembalikan muda yang bergelimang kriya Niscaya katamu? Tak ada yang niscaya pada jiwa yang merdeka

Malam Di Empang Tiga

Jam 18.30 malam saat irma telp gue dari ponselnya. Gue masih asik bergoogling di ruang meeting kecil, udah sepi tinggal gue dan si gundul pacul. Tenyata band cowoknya irma yang namanya mirip-mirip fenomena alam itu malam ini maen di w.al.h.i, di empang tiga. Kok di empang tiga yaa?? Perasaan gue di daerah mampang lokasi organisasi itu. Tapi mungkin aja gue salah, secara dah lama gak gaul ama orang-orang dunia per NGO an ini. Si irma mengajak gue melihat cowoknya maen, yang sebenernya temen kantor gue juga. Gue waktu itu semangat-semangat aja, ya apa salahnya siapa tau ada yang menarik. Gue janjian ama irma ketemuan deket republika, sebagai titik temu paling strategis. Gue meluncur naek busway dari halimun, masih penuh banget. Sampe sana ternyata dah mulai, acaranya digelar di halaman organisasi itu. Gue coba mengamati orang-orang yang ada, kok gak ada yang gue kenal. Yaaa at least gue khan kenal ama ED nya yang baru kepilih itu, yang dulu pernah gue temui waktu dia masih di Banjarmasin

Sahabat

Kamu adalah keranjang sampah saat aku susah Tapi seringkali kulupakan saat wajahku sumringah Terimakasih untuk selalu menerimaku kembali, Yang sudah tercobak cabik dalam roda mimpi Hanya pada pelukmu aku menemukan diri