Skip to main content

Guru Di Sekitar Kita

35 tahun adalah usia yang panjang untuk hidup. Itulah jumlah usia gue sekarang. Banyak hal yang telah temui dan akan gue temui. Yang bisa membawa gue kedukaan, kesukacitaan, kemarahan dan keputusaan. Namun, satu hal yang selalu ingin gue lakukan dalam setiap momen hidup gue adalah belajar. Bukan berarti sekolah loh.

Orang-orang di sekitar gue adalah guru yang paling luar biasa dalam hidup gue. Kepribadian kita pasti sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar kita. Dari Deassy, nggirma dan iva gue belajar arti persahabatan, dari BS gue belajar ketekunan, dari RGA gue belajar memotivasi orang, dari EN gue belajar berpikir bijak, dari AS belajar membagi waktu, dari IN gue belajar menghargai pendapat, dari vokalis erk gue mengetahui banyak hal soal musik, dari adek gue gue belajar ketabahan, dari RR gue belajar kerja keras, dari RRP gue belajar keuletan dan keikhlasan, dari Ole gue belajar soal keceriaan, dari GPD soal mendidik anak. Dan masih banyak lagi.

Beberapa pelajaran bahkan kadang gue rasa sangat sulit bagi gue untuk lolos. Berulang dihadapkan pada masalah yang sama, masih juga gue melakukan kesalahan. Dalam kontrol emosi salah satunya. Gue bener-bener berusaha keras untuk yang satu ini, dan menurut ukuran gue sih sekarang sudah lumayan. Tapi belum cukup baik. Menjelang menstruasi misalnya, wadoooh rasanya pengen makan orang.
Soal keuletan dan ketabahan juga, gue masih merasa gue agak manja. Kurang bekerja keras. Susah sekali gue bisa tahan mengerjakan sesuatu dalam waktu yang sangat lama dengan semangat yang terus terjaga. Ini juga pekerjaan rumah bagi perbaikan diri gue. Masih banyak lagi sebetulnya pe er nya, dan gue menyediakan waktu seumur hidup gue untuk belajar semua itu. Tolong, jadilah guru gue.

Comments

Darlington Gank said…
Dari lu gua belajar gak mengeluh (meski gak bisa-bisa), juga belajar gigih (lebih gak bisa lagi) dan optimis (udah lumayan)... plus yang paling penting belajar rendah hati supaya mau belajar terus... :-)
gepede76 said…
am flattered considered as one of your teachers :)
Well, all of this time, you've been teaching me (all of us actually) about why sharing is much better than keeping...Thank you for the lesson juwiii....

-GPD

Popular posts from this blog

Et cetera

Banyak hal yang harusnya bisa saya tulis dalam beberapa minggu terakhir ini. Saya berpindah ke lebih dari empat kota dalam sebulan ini, dari Lombok saya ke Bau-bau, lalu berdiam sejenal di Makasar, Jakarta, Bali lalu ke Jakarta kembali. Lelah sudah pasti, kangen suami, apalagi. Dari perjalanan ke berbagai kota itu saya bertemu banyak orang (sebagian besar adalah mereka yang tergabung dalam sebuah organisasi masyarakat sipil) dan mendaapatkan banyak sekali pengetahuan baru tentang dunia OMS ini. Bukan barang baru memang karena saya sudah terlibat di dalamnya selama kurang lebih sepuluh tahun, namun posisi saya di dalam kegiatan itu yang membuatnya berbeda. Saya harus melakukan pemeriksaan terhadap empat organisasi di sultra terkait beberapa aspek, visi dan kepemimpinan, kesolid an tim, budaya organisasi dan knowledge management. Secara umum organisasi ini punya dua problem utama yaitu soal visi dan kepemimpinan yang lemah dan kedua soal knowledge management yang kacau. Lemahnya lea

22 Februari 2013

Saya bahkan tak sempat berpikir atau berefleksi tentang ulang tahun saya. Minggu ini pekerjaan terasa begitu menggila. Pikiran saya tersita antara word, excel, keynote, email, proposal, laporan penelitian,   TOR, undangan, hotel kaos peserta, tas peserta, modul, dan tentu saja account bank kantor. Semua menarik-narik saya minta dijadikan prioritas. Saya tenggelam. Tapi saya percaya hidup tak akan membiarkan saya terus tenggelam. Saya jalani saja sambil terus berupaya menghidupkan binar mata, menegakan tubuh yang sudah lunglai dan mengembangkan sisa senyum. Pasti akan berakhir juga. Seorang teman terbaik memberikan sepanjang malam nya menemani saya melewati detik-detik ulang tahun saya. Sekumpulan batu yang lama telah ia kumpulkan   dari berbagai pantai di Indonesia ia berikan sebagai kado. Obrolan panjang kami malam itu, membuat saya lompat dari kubangan yang menenggelamkan. Ia memang selalu hadir, di saat seperti ini. Tanpa saya minta. Pagi hari, teman t

Paris I Love u

Saya penikmat film-film drama romantis, walaupun kata orang film-film macam itu “kacangan”. Ah, tapi saya tidak terlalu peduli dengan kata orang. Saya menonton dan membaca yang saya suka.   Ada satu hal yang saya nikmati dengan film-film drama romantis, mereka menampilkan tempat-tempat yang memang ingin saya datangi. Danau yang indah, city light, jalan-jalan romantis, café yang nyaman, kopi yang enak. Minggu ini saya menonton lebih dari lima film dengan setting kota Paris. Ya, saya memang selalu terobsesi dengan Paris, kota yang harus saya datangi sebelum saya mati.   Para pembuat film ini sungguh membuat saya menjadi terengah-engah untuk segera mewujudkan mimpi saya. Saya seperti ingin segera berada di sana. Mungkin sekali sebagian besar yang ditampilkan di film-film itu adalah fantasi, tapi saya tetap ingin ke sana. Saya benci dengan kenyataan bahwa film-film Indonesia tidak bisa membuat saya melihat kota-kota di Indonesia dengan cara yang sama.   Jakarta misalnya