Skip to main content

Tangis Pagi dan Malam


Saya pikir selama ini saya orang yang terbuka
Tapi rasanya saya perlu mengkoreksinya
Saya sering menyimpan dalam kesedihan-kesedihan saya
Membaginya pada malam, dan berharap ia tak menceritakannya pada pagi

Tapi malam sering berkhianat, diam-diam ia bercerita pada pagi
Pagi kembali mengingatkan saya pada kesedihan-kesedihan itu
Lalu saya menangis pada pagi
Dan lalu saya menangis pada malam
Mereka berdua sepertinya sudah jengkel melihat saya menangis

Lalu saya harus menangis pada siapa?
Malam menyarankan pada siang, dan pagi menyarankan pada sore
Lalu saya berkata, “itu waktu saya tertawa. Tidak kah kalian ingin melihat saya tertawa?”

Malam dan pagi memandang saya iba
Mereka janji tak mengkhianati saya lagi

Comments

Popular posts from this blog

Jiwa Merdeka

Adakah usia membawa kita pada hampa? Dengan apa bisa kuhentikan masa? Mengembalikan muda yang bergelimang kriya Niscaya katamu? Tak ada yang niscaya pada jiwa yang merdeka

Malam Di Empang Tiga

Jam 18.30 malam saat irma telp gue dari ponselnya. Gue masih asik bergoogling di ruang meeting kecil, udah sepi tinggal gue dan si gundul pacul. Tenyata band cowoknya irma yang namanya mirip-mirip fenomena alam itu malam ini maen di w.al.h.i, di empang tiga. Kok di empang tiga yaa?? Perasaan gue di daerah mampang lokasi organisasi itu. Tapi mungkin aja gue salah, secara dah lama gak gaul ama orang-orang dunia per NGO an ini. Si irma mengajak gue melihat cowoknya maen, yang sebenernya temen kantor gue juga. Gue waktu itu semangat-semangat aja, ya apa salahnya siapa tau ada yang menarik. Gue janjian ama irma ketemuan deket republika, sebagai titik temu paling strategis. Gue meluncur naek busway dari halimun, masih penuh banget. Sampe sana ternyata dah mulai, acaranya digelar di halaman organisasi itu. Gue coba mengamati orang-orang yang ada, kok gak ada yang gue kenal. Yaaa at least gue khan kenal ama ED nya yang baru kepilih itu, yang dulu pernah gue temui waktu dia masih di Banjarmasin

Sahabat

Kamu adalah keranjang sampah saat aku susah Tapi seringkali kulupakan saat wajahku sumringah Terimakasih untuk selalu menerimaku kembali, Yang sudah tercobak cabik dalam roda mimpi Hanya pada pelukmu aku menemukan diri