Skip to main content

khayalan masa kecil

Kemaren gue baca tabloid wanita yang bilang cewek pisces itu pengemudi yang sangat buruk. Alasannya adalah karena orang-orang pisces suka berkhayal. Gak perlu diingatkan lagi, gue sebagai orang pisces bisa konfirm tentang hal itu. As far as I know, gue jago banget berkhayal. Pojok tempat gue berkhayal adalah teras samping rumah dan pohon jamblang di kebon wak Aleh (sekarang udah jadi Wisma HS). Hoby menghayal gue sempat juga membuahkan prestasi. Waktu SD gue juara mengarang di tingkat Jakarta Selatan, saat itu gue membuat cerita soal cita-cita gue. U know what, gue dulu bercita-cita jadi insinyur pertanian. Gue ingin mengembangkan program-program pemberdayaan petani, intensifikasi, ekstensifikasi dan sebagainya yang saat itu menjadi programnya orde baru. Tapi saat ini gue terdampar di rimba hukum.. bukan hukum agraria, tapi hukum tata negara. Jauh sekali dari cita-cita masa kecil gue dulu.

Lalu pagi ini, gepede ngasih tau sebuah artikel di korang tentang ketahanan pangan. Artikel itu sungguh mengingatkan gue pada apa ang gue cita-citakan dulu. Tapi gue bukan Ir pertanian sekarang, apa yang bisa gue lakukan untuk soal ketahanan pangan ini? Untung saja, beberapa hari lalu si gundul pacul ditawari oleh komnas ham untuk drafting uu ketahanan pangan. Gue pun menawarkan diri untuk menjadi volunteer untuk drafting. Cuma ini yang bisa gue lakukan sekarang. Demi sebuah mimpi masa kecil dan apa yang pernah dan masih gue percaya.

Comments

gepede76 said…
Ahem. Ngebantuin gundul pacul demi mewujudkan mimpi? Bukan masalah mewujudkan mimpi, tapi soal ngebantuin si gundul itu lho...

Popular posts from this blog

Et cetera

Banyak hal yang harusnya bisa saya tulis dalam beberapa minggu terakhir ini. Saya berpindah ke lebih dari empat kota dalam sebulan ini, dari Lombok saya ke Bau-bau, lalu berdiam sejenal di Makasar, Jakarta, Bali lalu ke Jakarta kembali. Lelah sudah pasti, kangen suami, apalagi. Dari perjalanan ke berbagai kota itu saya bertemu banyak orang (sebagian besar adalah mereka yang tergabung dalam sebuah organisasi masyarakat sipil) dan mendaapatkan banyak sekali pengetahuan baru tentang dunia OMS ini. Bukan barang baru memang karena saya sudah terlibat di dalamnya selama kurang lebih sepuluh tahun, namun posisi saya di dalam kegiatan itu yang membuatnya berbeda. Saya harus melakukan pemeriksaan terhadap empat organisasi di sultra terkait beberapa aspek, visi dan kepemimpinan, kesolid an tim, budaya organisasi dan knowledge management. Secara umum organisasi ini punya dua problem utama yaitu soal visi dan kepemimpinan yang lemah dan kedua soal knowledge management yang kacau. Lemahnya lea

22 Februari 2013

Saya bahkan tak sempat berpikir atau berefleksi tentang ulang tahun saya. Minggu ini pekerjaan terasa begitu menggila. Pikiran saya tersita antara word, excel, keynote, email, proposal, laporan penelitian,   TOR, undangan, hotel kaos peserta, tas peserta, modul, dan tentu saja account bank kantor. Semua menarik-narik saya minta dijadikan prioritas. Saya tenggelam. Tapi saya percaya hidup tak akan membiarkan saya terus tenggelam. Saya jalani saja sambil terus berupaya menghidupkan binar mata, menegakan tubuh yang sudah lunglai dan mengembangkan sisa senyum. Pasti akan berakhir juga. Seorang teman terbaik memberikan sepanjang malam nya menemani saya melewati detik-detik ulang tahun saya. Sekumpulan batu yang lama telah ia kumpulkan   dari berbagai pantai di Indonesia ia berikan sebagai kado. Obrolan panjang kami malam itu, membuat saya lompat dari kubangan yang menenggelamkan. Ia memang selalu hadir, di saat seperti ini. Tanpa saya minta. Pagi hari, teman t

Paris I Love u

Saya penikmat film-film drama romantis, walaupun kata orang film-film macam itu “kacangan”. Ah, tapi saya tidak terlalu peduli dengan kata orang. Saya menonton dan membaca yang saya suka.   Ada satu hal yang saya nikmati dengan film-film drama romantis, mereka menampilkan tempat-tempat yang memang ingin saya datangi. Danau yang indah, city light, jalan-jalan romantis, café yang nyaman, kopi yang enak. Minggu ini saya menonton lebih dari lima film dengan setting kota Paris. Ya, saya memang selalu terobsesi dengan Paris, kota yang harus saya datangi sebelum saya mati.   Para pembuat film ini sungguh membuat saya menjadi terengah-engah untuk segera mewujudkan mimpi saya. Saya seperti ingin segera berada di sana. Mungkin sekali sebagian besar yang ditampilkan di film-film itu adalah fantasi, tapi saya tetap ingin ke sana. Saya benci dengan kenyataan bahwa film-film Indonesia tidak bisa membuat saya melihat kota-kota di Indonesia dengan cara yang sama.   Jakarta misalnya