Saat operasi usus buntu beberapa waktu lalu, dokter menemukan adanya kista kecil di dekat ovarium saya. Reaksi awal saya tentu saja menanyakan apakah kista itu berbahaya atau tidak. Dokter Febian, dokter yang menangani operasi saya menjelaskan lebih lanjut, kalau nanti saat mensturasi sakit sebaiknya saya periksa kepada dokter kandungan sambil membawa photo hasil operasi kemarin.
Masalahnya, saat ini saya sedang bingung dengan mengukur rasa sakit. Apakah kalau saya bilang tidak sakit maka itu memang tidak sakit? Beberapa pengalaman saya berhadapan dengan rasa sakit semakin membuat saya ragu dengan justifikasi saya sendiri, Pernah saya ke dokter gigi dengan pipi yang bengkak sampai saya hampir-hampir tidak bisa buka mulut. Saya baru tersadar bahwa saya seharusnya merasakan sakit ketika salah seorang mahasiswa mengomentari. "Wah mbak, kalau saya pipi bengkak seperti itu boro-boro ketawa-tawa kayak Mbak, mau ngomong aja males". Saat itu memang datang untuk presentasi teman dari Maluku yang presentasinya lucu dan mencerahkan sekali. Pun, saat di rumah sakit, saat dokter menggetok-getok gigi saya, saya tidak merasa sakit. Aneh memang.
Pengalaman ke dua tentu saja soal si operasi usus buntu ini, saya kira saya cuma sakit kelebihan gas di perut. Sakit yang menurut saya ya biasa-biasa saja, sehingga saya masih bisa jalan ke UGD rumah sakit Thamrin dan RS MMC. Ternyata usus buntu saya sudah cukup parah yang menurut ukuran beberapa orang harusnya saya sudah tidak bisa jalan saking sakitnya.
Nah, sekarang, saat saya harus ke dokter atau tidak dengan ukuran rasa sakit, saya bingung harus percaya pada tubuh saya atau tidak.
Comments