Setiap orang menanyakan apa pekerjaannya, perempuan itu menjawab mantap, “saya seorang pemburu percakapan”. Jawaban yang segera akan berbalas dengan berbagai tatapan yang sudah dikenalnya. Ah biarlah, mengapa saya tak boleh memilih profesi saya sendiri, bukankah di luar sana juga banyak profesi-profesi aneh, penangkap hantu, penyair, budayawan, kenapa saya tak boleh menjadi “pemburu percapakapan”. Ia ingin suatu saat nanti di KTP nya tertulis profesinya itu, keren sekali ia bayangkan. Ia memang terobsesi pada percakapan. Sepanjang hidupnya ia telah masuk dalam rimba-rimba percakapan. Percakapan yang pura-pura, percakapan basa-basi, percakapan tak berarti, percakapan kebencian, percakapan kemarahan, percakapan merendahkan. Hatinya makin mengecil tiap kali mendengar atau terlibat dalam percakapan-percakapan itu. Tubuhnya melemah, energinya hilang, umurnya berkurang. Sampai pada suatu hari ia merasa sudah hampir mati ketika hadir seorang kawan. Ia tak me