Skip to main content

Lika Liku Laki-Laki


Seumuran gini, saya sudah mengenal banyak tipe laki-laki.  Tipe setenang awan atau semeledak gunung  pasti pernah berpapasan sekali dua di persimpangan jalan kehidupan.  Ini beberapa yang saya identifikasi

1.  Pemberontak Berotak
Ini tipe yang sebetulnya menjadi idola saya sepanjang masa. Dandanan berantakan, cuek,  irit ngomong namun hangat. Tipe ini gak terlalu suka  diatur dan ngatur. Ia hanya memastikan perempuan yang ia sayangi terlindungi tanpa berlebihan memproteksi.  Ia bukan tipe yang menanyakan “udah makan belum” tapi langsung membelikan makanan. Ia juga gak sudak ditanya-tanya pergi ke mana, tapi selalu ada kalau kita lagi butuh dia. Tipe ini biasanya juga pintar dan idealis. 

2. To Sweet to Forget
Ah dia mungkin menjadi idola banyak perempuan, selalu manis dan berusaha membuat kita nyaman.  Dalam level yang cukup, tipe ini buat saya masih baik-baik saja. Namun, saat sudah kelewatan manis kayak pengawet, rasanya kayak minum teh botol sambil ngemil kue coklat. Gak enak. Saat kita lagi down berat, ditemenin ama tipe ini akan sangat menyenangkan.

3.  Happy Go Lucky
Tipe ini juga masih favorit saya, selalu punya hal-hal tidak tertebak. Mulai dari gaya merayunya yang lebih mirip kayak menghina sampai pilihan-pilihan hidupnya yang bikin jatuh hati.  Dia tipe yang kita pengen pergi ke sana-sini bareng-bareng dan gak bikin bosen.

4.  Just For Fun
Tipe ini adalah yang gak perlu dibikin serius, dia suka datang dan pergi sesukanya. Dia punya sesuatu yang kadang sulit digantikan ama orang lain dan kita ada level kecocokan tertentu dengan dia. Untuk melangkah lebih jauh dengan laki-laki macam ini perlu hati-hati, karena kadang mereka jadi sangat protektif begitu kita sudah dianggap jadi miliknya.

5.  Dreams  Come True
Ini biasanya dalam konteks relasi bersambut tak terduga. Laki-laki ini biasanya sudah menjadi idola karena prestasinya yang luar biasa.  Kalau kita bisa mengeliminir kekagetan kita, hubungan dengan mereka bisa sangat menyenangkan.  Di awal-awal akan banyak kecanggungan karena ada relasi yang gak berimbang. Tapi, kebanyakan dari mereka justru biasanya ingin diperlakukan biasa-biasa saja. Pastinya mereka punya segudang cerita yang habis untuk dibagi. 

Comments

Popular posts from this blog

Malam Di Empang Tiga

Jam 18.30 malam saat irma telp gue dari ponselnya. Gue masih asik bergoogling di ruang meeting kecil, udah sepi tinggal gue dan si gundul pacul. Tenyata band cowoknya irma yang namanya mirip-mirip fenomena alam itu malam ini maen di w.al.h.i, di empang tiga. Kok di empang tiga yaa?? Perasaan gue di daerah mampang lokasi organisasi itu. Tapi mungkin aja gue salah, secara dah lama gak gaul ama orang-orang dunia per NGO an ini. Si irma mengajak gue melihat cowoknya maen, yang sebenernya temen kantor gue juga. Gue waktu itu semangat-semangat aja, ya apa salahnya siapa tau ada yang menarik. Gue janjian ama irma ketemuan deket republika, sebagai titik temu paling strategis. Gue meluncur naek busway dari halimun, masih penuh banget. Sampe sana ternyata dah mulai, acaranya digelar di halaman organisasi itu. Gue coba mengamati orang-orang yang ada, kok gak ada yang gue kenal. Yaaa at least gue khan kenal ama ED nya yang baru kepilih itu, yang dulu pernah gue temui waktu dia masih di Banjarmasin

Rasa Sakit

Saat operasi usus buntu beberapa waktu lalu, dokter menemukan adanya kista kecil di dekat ovarium saya. Reaksi awal saya tentu saja menanyakan apakah kista itu berbahaya atau tidak. Dokter Febian, dokter yang menangani operasi saya menjelaskan lebih lanjut, kalau nanti saat mensturasi sakit sebaiknya saya periksa kepada dokter kandungan sambil membawa photo hasil operasi kemarin.  Masalahnya, saat ini saya sedang bingung dengan mengukur rasa sakit. Apakah kalau saya bilang tidak sakit maka itu memang tidak sakit? Beberapa pengalaman saya berhadapan dengan rasa sakit semakin membuat saya ragu dengan justifikasi saya sendiri, Pernah saya ke dokter gigi dengan pipi yang bengkak sampai saya hampir-hampir tidak bisa buka mulut. Saya baru tersadar bahwa saya seharusnya merasakan sakit ketika salah seorang mahasiswa mengomentari. "Wah mbak, kalau saya pipi bengkak seperti itu boro-boro ketawa-tawa kayak Mbak, mau ngomong aja males". Saat itu memang datang untuk presentasi teman

Kopi and Me

Kedekatan gue dengan kopi dimulai sejak gue masih sangat kecil. Kakek gue dulu punya kebun kopi yang lumayan besar, dengan tanaman kopi yang subur dan biji-biji kopi yang ranum. Gue masih mengingatnya dengan jelas, bau harum kebun basah dan harum biji kopi yang masak. Gue juga masih ingat penggalan perasaan gue yang tak menentu saat itu, rasa senang bercampur penasaran, ngeblend dalam cita rasa kesukacitaan yang tinggi. Sampai di kebun, gue selalu tidak sabar untuk memanjat batang-batangnya dan memasukan satu persatu biji-biji yang sudah kemerahan ke dalam semacam bakul besar yang gue bawa naek ke atas. Jangan ditanya betapa banyaknya semut merah yang mengerubuti gue saat itu, tapi gak menghalangi semangat gue untuk memetik kopi. Sayang kakek gue harus menjual kebun kopinya, karena perlu biaya yang besar untuk mengobati kakinya yang lumpuh saat itu. Tapi kenangan masa kecil gue memetik kopi bersama sepupu gue terus menginspirasi gue untuk memiliki kebun kopi disaat gue dewasa. Seja